Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula

  Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula

Cerita rakyat bengkulu--

Kebaikan Ujang selama ini berbuah kebahagiaan dan ketenteraman. Ujang menjadi pemimpin baik, mendapatkan istri yang baik, dan dihormati semua orang. Sampai saat ini masyarakat Sukomaju Seluma hidup sejahtera, rukun, damai, dan berpendidikan. Sebagian masyarakat Sukomaju  pindah ke  Kabupaten Kepahiang khususnya Desa Tapak Gedung. Saat ini banyak sekali keturunan Padang Capo di Provinsi Bengkulu yang sudah sukses di segala bidang baik pemerintahan maupun swasta. Kegigihan bekerja dan mencari ilmu serta perilaku baik menjadi modal besar bagi suku Serawai untuk meraih kesuksesan.

 

Peristiwa Ujang meminta makanan inilah yang kemudian diingat oleh masyarakat agar suka berbuat baik, bersedekah, dan selalu berdo’a terutama dalam menyambut datangnya bulan Syawal. Sebagaimana yang telah dilakukan Ujang. Pepatah mengatakan, “Orang yang baik meninggalkan namanya”.

 

Cerita ini merupakan cerita dari mulut ke mulut yang terjadi di masa lalu. Saat ini cerita ini diabadikan dalam bentuk kegiatan seni budaya yang rutin dilakukan pada saat datangnya Hari Raya Idul Fitri di Desa Padang capo dan beberapa desa di KecamataKabupaten Seluma.

 

Jika ingin menyaksikan langsung seni budaya ini, datang saja pada tanggal 1 Syawal setelah sholat Magrib di desa PADANG CAPO  Provinsi Bengkulu. Seni budaya ini sekarang diberi nama “Sekujang” berasal dari nama “Si Ujang”. Acara ini biasanya disaksikan banyak penonton yang datang langsung ke desa PADANG CAPO. Acara ini juga dilatarbelakangi untuk mengenang kebaikan Ujang

 

Biasanya juga nama panggilan kesayangan untuk anak laki-laki suku Serawai adalah Ujang atau Jang, tujuannya adalah agar anak laki-lakinya kelak menjadi baik seperti Ujang. Sebaliknya, Kaghut diabadikan dalam bahasa Serawai dengan arti “Jelek”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat suku Serawai sangat membenci perilaku yang ditunjukkan oleh Kaghut. Contoh bahasa orang tua yang menegur anaknya agar berperilaku baik : “Ubahlah tingka kaba tu, Alangke Kaghut o tu”, artinya: “ Perbaikilah tingkah laku mu yang sangat jelek itu”. Cerita ini ditulis untuk memantapkan kita bahwa kebaikan akan mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya.

 

Advertisement

Banyak kisah-kisah yang dituturkan orang tua dari Padang Capo yang memiliki pelajaran yang mendidik dan berharga bagi generasi yang akan datang. Kisah-kisah itu dijadikan cerita turun temurun sampai saat ini. Biasanya orang tua menceritakan cerita turun temurun tersebut sebagai cerita pengantar tidur atau saat suasana santai berkumpul dengan anak-anaknya. Sehingga cerita zaman dahulu tetap abadi dalam ingatan anak-anak sampai generasi saat ini. Pada umumnya cerita tersebut belum pernah ditulis, baru generasi modern saat inilah cerita rakyat ini dituliskan.  SEKIAN

 

 

 

Sumber: