Ikhlas Dalam Beribadah Merupakan Kunci Diterimanya Amal Ibadah

Ikhlas Dalam Beribadah Merupakan Kunci Diterimanya Amal Ibadah

Radarseluma.disway.id - Ikhlas Dalam Beribadah Merupakan Kunci Diterimanya Amal Ibadah--

Radarseluma.disway.id - Dalam Islam, ikhlas adalah kunci utama dalam diterimanya amal ibadah, tanpa ikhlas, amal yang dilakukan seorang hamba tidak akan bernilai di sisi Allah SWT. Ikhlas berasal dari kata "khalasha" (خلص) yang berarti murni atau bersih dari segala campuran. Dalam konteks ibadah, ikhlas berarti melakukan suatu amalan hanya karena Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian, penghargaan, atau kepentingan Duniawi lainnya.
 
Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa setiap ibadah harus dilandasi dengan keikhlasan, demikian pula Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam banyak Haditsnya menjelaskan bahwa niat yang tulus adalah syarat utama diterimanya amal. 
 
Oleh karena itu, memahami konsep ikhlas dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang sangat penting bagi setiap Muslim.
 
 
"Makna Ikhlas dalam Ibadah"
 
Pertama:
Definisi Ikhlas dalam Islam
 
Ikhlas secara terminologi berarti mengarahkan seluruh niat, tujuan, dan perbuatan hanya untuk mencari ridha Allah SWT tanpa ada maksud lain. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menyatakan bahwa ikhlas adalah membersihkan hati dari segala motivasi selain Allah dalam beramal.
 
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij As-Salikin menjelaskan bahwa ikhlas adalah menjadikan tujuan ibadah semata-mata karena Allah SWT dan tidak menuntut balasan atau pengakuan dari makhluk.
 
Kedua:
Dalil Al-Qur’an tentang Keutamaan Ikhlas
 
Allah SWT telah banyak menyebutkan pentingnya keikhlasan dalam Al-Qur’an. Di antaranya
 
A. Al-Qur'an Surat Al-Bayyinah ayat 5 yang mana berbunyi: 
 
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Artinya:
"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."(QS Al-Baiyinah 5)
 
Ayat ini menegaskan bahwa perintah utama bagi Manusia adalah beribadah dengan ikhlas, tanpa ikhlas, amal ibadah tidak akan memiliki makna di sisi Allah SWT.
 
 
B. Al-Qur'an Surat Az-Zumar ayat 2-3 yang berbunyi: 
 
إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ ۝ أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ
 
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya milik Allah agama yang murni (ikhlas)."(QS Az-Zumar 2-3)
 
Ayat ini menekankan bahwa Agama yang benar adalah yang dilakukan dengan keikhlasan, tanpa keikhlasan, amal bisa sia-sia atau bahkan menjadi penyebab murka Allah SWT 
 
 
Ketiga:
Dalil Hadits tentang Keutamaan Ikhlas
 
Nabi Muhammad Rasulullah SAW juga banyak menyampaikan pentingnya niat yang ikhlas dalam hadits-haditsnya:
 
A. Hadits tentang Ikhlas sebagai Syarat Diterimanya Amal
 
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi: 
 
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُول إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَ
Artinya:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari & Muslim)
 
Hadits ini menunjukkan bahwa setiap amal yang dilakukan harus memiliki niat yang lurus, jika niatnya karena Allah SWT, maka amalnya diterima. Sebaliknya, jika niatnya untuk selain Allah, maka amal tersebut bisa tertolak atau tidak bernilai ibadah.
 
 
B. Hadits tentang Bahaya Riya’ (Ibadah Tanpa Ikhlas)
 
Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Ahmad yang mana berbunyi: 
 
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكَ الْأَصْغَرُ. قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
 
Artinya:
"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, 'Apa itu syirik kecil?' Rasulullah menjawab, 'Riya'." (HR. Ahmad)
 
Hadits ini menunjukkan bahwa riya’ adalah bentuk syirik kecil yang dapat membatalkan amal. Orang yang beribadah untuk mendapatkan pujian manusia bukanlah orang yang ikhlas, dan amalnya bisa tertolak.
 
 
"Dampak Ikhlas dalam Kehidupan"
 
Diterimanya Amal oleh Allah SWT
Amal yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapat pahala dan diterima oleh Allah.
 
*Ketentraman hati*
 
Orang yang ikhlas tidak akan merasa terbebani oleh pujian atau kritikan Manusia, terhindar dari Sifat Riya’ dan Ujub, Ikhlas membantu seseorang untuk fokus pada ridha Allah tanpa terpengaruh oleh pandangan Manusia.
 
"Mendapat keberkahan dalam hidup"
 
Amal yang dilakukan dengan ikhlas akan membawa keberkahan baik di Dunia maupun di akhirat. Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal ibadah, tanpa ikhlas, amal ibadah tidak bernilai di sisi Allah SWT.
 
Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW menegaskan bahwa ibadah harus dilakukan dengan niat yang murni, semata-mata karena Allah SWT. Selain itu, ikhlas juga membawa ketenangan hati dan menjauhkan seseorang dari sifat riya’.
 
Setiap Muslim hendaknya selalu mengoreksi niatnya sebelum, saat, dan setelah melakukan ibadah. Semoga Allah SWT memberikan kita keikhlasan dalam beramal dan menjauhkan kita dari segala bentuk riya’ serta syirik kecil.
 
اللهم اجعل أعمالنا خالصةً لوجهك الكريم، ولا تجعل فيها نصيبًا لغيرك
Artinya: 
"Ya Allah, jadikanlah amal kami murni hanya untuk-Mu, dan janganlah Engkau biarkan ada bagian darinya untuk selain-Mu."
 
Demikianlah semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita bersama Aamiin.(djl)

Sumber: