Keistimewaan Keledai Kesayangan Rasulullah SAW Bernama Al-Asqad: Kisah Istimewa Hewan yang Mendapat Doa Nabi
Selasa 09-12-2025,12:00 WIB
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan
Radarseluma.disway.id - Keistimewaan Keledai Kesayangan Rasulullah SAW Bernama Al-Asqad: Kisah Istimewa Hewan yang Mendapat Doa Nabi--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, terdapat banyak kisah menarik yang menggambarkan kelembutan hati beliau terhadap sesama makhluk, baik manusia maupun hewan. Salah satu kisah yang jarang diangkat namun sangat sarat hikmah ialah tentang seekor kudai (keledai) kesayangan Nabi bernama Al-Asqad atau dikenal juga dalam beberapa riwayat sebagai ‘Ufayr atau Yafur. Hewan ini bukanlah sekadar kendaraan biasa, tetapi makhluk yang Allah takdirkan untuk mendampingi Rasulullah SAW dalam berbagai perjalanan dakwah, hingga menjadi simbol kasih sayang dan ketawadhuan seorang pemimpin pilihan Allah SWT.
Kisah Al-Asqad menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan kasih sayang kepada manusia, melainkan juga kepada hewan yang sering dianggap rendah oleh masyarakat. Dari sini, umat Islam dapat belajar bahwa perhatian dan kelembutan kepada semua makhluk merupakan bagian dari iman.
Sejarah Singkat Kudai Nabi Bernama Al-Asqad
Dalam beberapa riwayat para ulama sirah dan ahli hadis, disebutkan bahwa keledai kesayangan Rasulullah SAW memiliki nama Al-Asqad. Ada pula riwayat lain yang menyebutkan nama ‘Ufayr serta Yafur, namun intinya adalah bahwa Rasulullah SAW memiliki keledai yang sangat dekat dengannya.
Dalam Musnad Ahmad dari Abu Muwaihibah disebutkan bahwa Rasulullah SAW menerima seekor keledai sebagai hadiah dari salah satu penguasa. Keledai itu sangat jinak, cerdas, dan patuh kepada Nabi SAW. Bahkan riwayat menyebutkan bahwa hewan tersebut seakan memahami perintah Rasulullah, hingga menjadi kendaraan yang sangat istimewa dalam perjalanan dakwah beliau.
Kasih Sayang Rasulullah SAW terhadap Hewan
Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada hewan, tumbuhan, dan seluruh makhluk Allah. Rasulullah SAW menunjukkan contoh nyata dalam memperlakukan hewan dengan kelembutan, termasuk terhadap Al-Asqad.
Allah SWT berfirman:
> وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Artinya: “Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap hewan memiliki kedudukan dalam pandangan Allah. Maka manusia diperintahkan untuk memperlakukan mereka dengan baik.
Hadits-Hadits tentang Kasih Sayang Nabi kepada Hewan
1. Hadits tentang kelembutan kepada hewan
Rasulullah SAW bersabda:
> فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Artinya: “Pada setiap makhluk bernyawa terdapat pahala (jika engkau berbuat baik kepadanya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi dasar bahwa kasih sayang terhadap hewan bukan sekadar akhlak mulia, tetapi ibadah yang bernilai pahala.
2. Hadits khusus tentang keledai Nabi
Dalam riwayat mengenai keledai Nabi yang bernama ‘Ufayr atau Yafur, disebutkan:
> أُهْدِيَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِمَارٌ
Artinya: “Dihadiahkan kepada Rasulullah SAW seekor keledai…” (HR. Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir)
Riwayat serupa juga disampaikan oleh Ibnu Sa’d dalam At-Tabaqat bahwa keledai tersebut menjadi tunggangan Rasulullah SAW dalam banyak perjalanan, terutama saat mengunjungi sahabat dan menghadiri pertemuan penting.
Keistimewaan Al-Asqad dalam Riwayat
Ada beberapa penjelasan dari ulama mengenai keistimewaan keledai kesayangan Rasulullah SAW, yang dikenal dengan nama Al-Asqad, di antaranya:
1. Sangat patuh kepada perintah Nabi
Al-Asqad disebutkan sebagai hewan yang sangat jinak, bahkan seolah memahami isyarat Nabi SAW. Ketika Nabi hendak naik, ia mendekat. Ketika diperintah berhenti, ia langsung diam.
Ini menunjukkan betapa Allah memberikan keistimewaan pada hewan yang dijadikan pendamping Nabi SAW dalam dakwah.
2. Hewan yang membawa pesan dan dakwah
Beberapa riwayat menyebut bahwa keledai Nabi pernah digunakan untuk membawa surat atau perintah dalam perjalanan singkat ke wilayah sekitar Madinah.
Para ulama menilai, meskipun riwayatnya tidak semuanya shahih, hal ini menunjukkan bahwa hewan tersebut sangat berperan dalam aktivitas Rasulullah SAW.
3. Mendapat doa kebaikan dari Rasulullah SAW
Rasulullah SAW dikenal sering mendoakan hewan tunggangannya. Riwayat Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Nabi SAW mendoakan keberkahan bagi hewan yang membantunya, termasuk keledai.
Doa Nabi kepada makhluk, termasuk hewan, merupakan tanda kemuliaan makhluk tersebut.
Pelajaran Akhlak dari Kisah Al-Asqad
Kisah tentang keledai Rasulullah SAW ini penuh dengan hikmah yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam:
1. Pemimpin sejati bersikap rendah hati
Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh manusia, tetapi beliau tidak gengsi menunggangi seekor keledai—hewan yang dianggap rendah oleh masyarakat Arab saat itu. Hal ini mengajarkan bahwa kemuliaan bukan berasal dari kendaraan atau penampilan, tetapi dari akhlak.
2. Islam melindungi hak hewan
Rasulullah SAW menegur keras orang yang menyiksa hewan. Dalam Al-Asqad, kita melihat bagaimana hewan pun berhak diperlakukan dengan kasih sayang.
3. Kasih sayang adalah bagian dari dakwah
Kelembutan Nabi kepada hewan menjadi contoh nyata bahwa dakwah tidak hanya disampaikan lewat kata-kata, melainkan lewat akhlak.
4. Setiap makhluk memiliki peran
Keledai mungkin terlihat sederhana, tetapi menjadi penolong dalam dakwah Rasulullah SAW. Hal ini menjadi pelajaran bahwa sekecil apa pun peran kita, jika diniatkan karena Allah, ia akan bernilai besar.
Kisah Al-Asqad, keledai kesayangan Rasulullah SAW, bukan hanya cerita sejarah, tetapi sebuah pelajaran mendalam tentang kasih sayang, akhlak, dan ketawadhuan seorang pemimpin. Rasulullah SAW memperlakukan hewan dengan penuh kelembutan, menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam.
Keistimewaan Al-Asqad bukan terletak pada fisiknya, melainkan pada kedekatannya dengan manusia paling mulia. Hewan yang sederhana ini menjadi bagian dari perjalanan dakwah yang penuh cahaya.
Dengan memahami kisah ini, pembaca dapat mengambil hikmah bahwa sifat kasih sayang harus diterapkan dalam semua aspek kehidupan, termasuk terhadap hewan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan terbaik, bahkan dalam urusan yang tampak sederhana sekalipun. Maka sudah seyogianya umat Islam meneladani beliau dalam memperlakukan sesama makhluk.
Semoga kisah ini menambah kecintaan kita kepada Rasulullah SAW dan membuka hati untuk berakhlak lebih mulia kepada semua ciptaan Allah. (djl)
Sumber: