Keikhlasan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Menuntut Ilmu: Teladan Abadi bagi Penuntut Ilmu

Keikhlasan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Menuntut Ilmu: Teladan Abadi bagi Penuntut Ilmu

Radarseluma.disway.id - Keikhlasan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Menuntut Ilmu: Teladan Abadi bagi Penuntut Ilmu--

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah peradaban Islam, nama Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani menjadi salah satu cahaya terang yang selalu dikenang sepanjang masa. Beliau bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga seorang wali Allah yang dikenal dengan gelar Sultanul Auliya. Salah satu aspek yang paling menonjol dalam perjalanan hidupnya adalah keikhlasan dalam menuntut ilmu, yang menjadi fondasi kesuksesan dan keberkahan ilmunya.

Keikhlasan adalah ruh dari setiap amal. Tanpa keikhlasan, ilmu tidak akan memberi manfaat, bahkan bisa menjadi bumerang. Oleh karena itu, para ulama salaf menekankan pentingnya niat yang lurus ketika menuntut ilmu, sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam hadits yang sangat masyhur:

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Artinya: “Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjadi landasan utama dalam memahami bagaimana Syaikh Abdul Qadir menapaki jalan ilmu dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Perjalanan Menuntut Ilmu Syaikh Abdul Qadir

Syaikh Abdul Qadir lahir pada tahun 470 H di wilayah Jilan (Iran sekarang). Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan dan keshalihan. Ibunya adalah seorang wanita salehah yang mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan keteladanan.

Dikisahkan, ketika Abdul Qadir kecil hendak berangkat ke Baghdad untuk menuntut ilmu, ibunya membekalinya dengan 40 dinar. Namun yang lebih berharga dari harta itu adalah pesan ibunya:

“Wahai anakku, jadilah engkau selalu jujur dalam keadaan apa pun.”

Pesan sederhana ini kelak menjadi prinsip utama dalam hidupnya, sekaligus kunci terbukanya banyak karamah dan keberkahan.

BACA JUGA:Perjalanan Ilmu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani: Dari Negeri Persia Menuju Pusat Peradaban Islam Baghdad

Keikhlasan yang Diuji dalam Perjalanan

Dalam perjalanannya menuju Baghdad, kafilah yang ditumpangi Abdul Qadir diserang perampok. Para perampok merampas harta setiap penumpang. Ketika tiba pada dirinya, Abdul Qadir dengan polos berkata:

“Aku memiliki 40 dinar emas yang disimpan di dalam bajuku.”

Para perampok terkejut, bahkan pemimpinnya bertanya mengapa ia berkata jujur. Abdul Qadir kecil menjawab:

“Ibuku berpesan agar aku selalu jujur. Aku takut melanggarnya.”

Sumber:

Berita Terkait