Menata Ulang Waktu: Menjadi Hamba yang Produktif dan Dekat dengan Ibadah

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Setiap manusia dianugerahi waktu yang sama: 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan. Namun, hasil dan kualitas hidup kita sangat ditentukan oleh bagaimana waktu itu dikelola. Dalam era yang serba cepat ini, banyak dari kita justru kehilangan arah dan terjebak dalam rutinitas yang tidak mendekatkan kita kepada Allah maupun menjadikan kita insan yang produktif. Padahal, waktu adalah amanah dari Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ

Artinya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian."
(QS. Al-‘Ashr: 1-2)

Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, “Jika Allah tidak menurunkan hujah kepada makhluk-Nya selain surat ini, maka itu sudah cukup sebagai peringatan.” Ayat ini menggambarkan bahwa waktu (al-‘ashr) menjadi bukti nyata kerugian besar bagi mereka yang menyia-nyiakannya.

Urgensi Menata Waktu dalam Islam

Dalam Islam, waktu bukan hanya urusan duniawi, tetapi sangat erat kaitannya dengan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: "Dua kenikmatan yang banyak dilalaikan oleh manusia adalah kesehatan dan waktu luang."
(HR. Bukhari, no. 6412)

Hadits ini menunjukkan bahwa waktu luang sering tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Orang sehat dan memiliki waktu, tapi tidak digunakan untuk ibadah, menuntut ilmu, atau amal sholeh, adalah orang yang tertipu.

Mengatur waktu bukan sekadar untuk efisiensi, tapi juga agar seorang Muslim mampu menunaikan kewajiban kepada Allah, keluarga, dan sesama manusia secara seimbang. Sebab, Islam adalah agama yang sangat menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat.

BACA JUGA:Hijrah Menjadi Pribadi Amanah: Fondasi Integritas dalam Kehidupan Muslim

Prinsip Islam dalam Manajemen Waktu

Sumber: