Hilangnya Rasa Malu: Tanda Kiamat dan Rusaknya Moral Umat di Akhir Zaman
Kamis 20-11-2025,14:32 WIB
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan
Radarseluma.disway.id - Hilangnya Rasa Malu: Tanda Kiamat dan Rusaknya Moral Umat di Akhir Zaman--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Malu adalah pakaian kehormatan bagi manusia. Ia merupakan benteng terakhir yang menjaga akhlak, menghalangi keburukan, dan mendorong seseorang kepada kebaikan. Dalam Islam, rasa malu bukan sekadar sifat, tetapi bagian dari iman itu sendiri.
Namun, Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa di akhir zaman, rasa malu akan hilang dari hati manusia. Ketika rasa malu dicabut, maka runtuhlah akhlak, merajalela kemaksiatan, dan keburukan menjadi hal yang biasa. Fenomena ini semakin nyata di hadapan kita: terbukanya aurat, normalisasi dosa, kebanggaan terhadap perbuatan maksiat, serta berkurangnya sensitivitas terhadap moral dan etika.
Inilah salah satu pertanda dekatnya hari kiamat yang sedang kita saksikan dengan mata kepala sendiri.
Dasar dan Dalil dari Al-Qur’an & Hadits
1. Malu adalah bagian dari iman
Rasulullah SAW bersabda:
اَلْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
Artinya: “Malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, ketika rasa malu hilang, maka imannya pun menipis. Manusia tidak lagi merasa bersalah ketika melakukan dosa, bahkan bangga memamerkan keburukan.
2. Ketika malu hilang, kehancuran pasti datang
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Artinya: “Jika engkau tidak punya rasa malu, maka lakukanlah sesukamu.” (HR. Bukhari)
Hadits ini bukan perintah, tetapi peringatan keras: siapa yang hilang rasa malunya, maka ia akan berbuat apa saja tanpa batas. Masyarakat yang kehilangan rasa malu akan membuka pintu kehancurannya sendiri.
3. Al-Qur’an menggambarkan pentingnya menjaga kemaluan dan kehormatan
Allah SWT berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ • الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ • وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
Artinya: “Sungguh beruntunglah orang-orang beriman… dan mereka yang menjaga kehormatannya.” (QS. Al-Mu’minun: 1–5)
Menjaga kehormatan identik dengan menjaga rasa malu. Hilangnya rasa malu membuka pintu zina, perselingkuhan, dan kerusakan moral lainnya.
Fenomena Hilangnya Rasa Malu di Akhir Zaman
1. Terbukanya aurat tanpa rasa bersalah
Media sosial penuh dengan pamer aurat dan konten vulgar yang dianggap “kebebasan berekspresi”. Norma malu hampir hilang, bahkan anak-anak pun mudah terpapar.
2. Maksiat dipertontonkan dan dianggap biasa
Perzinaan, pacaran bebas, pesta minuman keras, hingga konten amoral menjadi tontonan publik. Yang dulunya dianggap aib, kini dianggap hiburan.
3. Orang tidak malu berbuat dosa di depan umum
Dalam hadits disebutkan:
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ
Artinya: “Seluruh umatku akan diampuni kecuali mereka yang terang-terangan berbuat dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fenomena “mujaharah” (memamerkan dosa) semakin merajalela. Dosa bukan hanya dilakukan, tetapi dipamerkan, dipertontonkan, bahkan dibanggakan.
4. Hilangnya rasa malu pada pemimpin dan tokoh masyarakat
Korupsi, kebohongan, manipulasi, hingga skandal moral dilakukan tanpa sedikit pun rasa bersalah. Padahal pemimpin adalah cermin masyarakat.
5. Pergaulan bebas dan normalisasi hubungan tanpa nikah
Zina menjadi budaya, bukan lagi aib. Banyak orang bangga memiliki hubungan di luar nikah. Rasa malu seolah tidak lagi memiliki tempat dalam pergaulan modern.
Mengapa Hilangnya Rasa Malu Sangat Berbahaya?
1. Hilangnya kontrol diri
Rasa malu adalah rem bagi hawa nafsu. Tanpa malu, manusia dikendalikan syahwat dan kesenangan sesaat.
2. Rusaknya tatanan sosial
Ketika masyarakat tidak malu lagi pada dosa dan kemaksiatan, maka kezaliman, perzinaan, kejahatan, dan korupsi akan menjadi budaya.
3. Cerminan melemahnya iman
Hilangnya malu berarti hilangnya sebagian iman. Masyarakat tanpa iman adalah masyarakat menuju kehancuran.
Cara Mengembalikan Rasa Malu dalam Diri dan Masyarakat
1. Menanamkan kembali nilai iman
Iman adalah akar dari rasa malu. Semakin kuat iman, semakin besar rasa malu terhadap perbuatan dosa.
2. Menjaga pandangan dan menghindari hal-hal yang merusak hati
Allah berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
Artinya: “Katakanlah kepada orang beriman: tundukkanlah pandangan mereka.” (QS. An-Nur: 30)
Pandangan adalah pintu masuk rasa malu.
3. Memperkuat pendidikan akhlak sejak dini
Anak-anak harus diajarkan rasa malu sejak kecil, bukan membiarkan mereka bebas mengakses konten tanpa batas.
4. Lingkungan pergaulan yang baik
Pergaulan mempengaruhi rasa malu. Teman yang baik menjaga, sementara teman buruk menjerumuskan.
5. Mengingatkan masyarakat tentang bahaya memamerkan dosa
Konten-konten maksiat harus dilawan dengan dakwah, edukasi, dan keteladanan.
Hilangnya rasa malu adalah tanda paling nyata bahwa kiamat semakin dekat, sebagaimana telah diperingatkan oleh Rasulullah SAW. Ketika rasa malu dicabut dari hati manusia, maka hilanglah iman, hancurlah akhlak, dan rusaklah masyarakat.
Di tengah arus modernisasi dan kebebasan tanpa batas, umat Islam harus kembali menghidupkan rasa malu sebagai benteng kehormatan. Malu bukan kelemahan, tetapi kekuatan iman. Malu adalah cahaya yang menjaga diri dari kehinaan dan menyeret manusia kembali ke jalan Allah.
Semoga kita termasuk golongan yang menjaga rasa malu sebagai bagian dari iman, dan menjadi hamba yang selalu merasa diawasi Allah dalam setiap langkah. (djl)
Sumber: