Pemimpin dan Dusta: Krisis Kejujuran di Era Kekuasaan Modern
Jumat 28-11-2025,11:30 WIB
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan
Radarseluma.disway.id - Pemimpin dan Dusta: Krisis Kejujuran di Era Kekuasaan Modern--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Kejujuran adalah pilar utama dalam kepemimpinan. Tanpa kejujuran, kekuasaan hanya menjadi tirani yang memanipulasi, merugikan rakyat, dan merusak struktur keadilan. Namun realitas hari ini menunjukkan fenomena yang sangat mengkhawatirkan: maraknya ucapan bohong di kalangan para pemimpin, baik dalam konteks pemerintahan, lembaga publik, organisasi, maupun komunitas sosial. Publik sering kali disuguhi janji-janji manis, klaim pencapaian palsu, data yang direkayasa, atau pernyataan yang direkayasa demi kepentingan tertentu.
Dalam perspektif Islam, dusta lebih-lebih dusta seorang pemimpin merupakan dosa besar yang tidak hanya merusak hubungan antar manusia, tetapi juga meruntuhkan amanah ilahi yang melekat pada seorang pemegang kekuasaan. Pemimpin bukan hanya mengatur urusan duniawi, tetapi juga bertanggung jawab sebagai wakil moral untuk masyarakatnya. Ketika pemimpin dusta, maka rusaklah tatanan sosial dan runtuhlah rasa percaya rakyat.
Islam memberikan perhatian besar terhadap kejujuran, dan ancaman keras bagi para pemimpin yang berbohong. Artikel ini mengulas secara mendalam bagaimana Al-Qur’an dan hadis memperingatkan bahaya dusta, terutama bagi mereka yang memegang amanah kepemimpinan.
Fenomena Pemimpin yang Mudah Berbohong
Tidak dapat dipungkiri, di berbagai level kekuasaan sering muncul perilaku manipulatif. Ada pemimpin yang:
• Berjanji saat kampanye namun mengingkarinya setelah berkuasa.
• Menyampaikan data yang tidak sesuai fakta demi menutupi kegagalan.
• Mengalihkan isu untuk menjaga citra politik.
• Menyampaikan pernyataan publik yang bertolak belakang dengan realitas.
Dusta tidak lagi dianggap aib. Bahkan dalam beberapa kasus menjadi strategi politik. Padahal, kebohongan seorang pemimpin memiliki dampak jauh lebih besar dibanding kebohongan individu biasa. Pemimpin yang berbohong akan menjerumuskan masyarakat dalam ketidakpastian, memecah belah umat, menghilangkan keberkahan, bahkan mendatangkan murka Allah.
Dalil Al-Qur’an tentang Larangan Dusta
1. Surah An-Nahl ayat 105
النَّاسِ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Dan mereka itulah para pendusta.”
Ayat ini menegaskan bahwa dusta merupakan sifat orang yang lemah imannya. Ketika seorang pemimpin terbiasa berbohong, itu merupakan tanda bahwa ia telah kehilangan rasa takut kepada Allah. Sifat ini sangat berbahaya, karena menjauhkan pemimpin dari petunjuk Allah. Tanpa petunjuk, kepemimpinan akan berubah menjadi kerusakan.
2. Surah Al-Hajj ayat 30
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Artinya: “Maka jauhilah oleh kalian berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.”
Dalam ayat ini, Allah menyandingkan larangan berkata dusta dengan larangan menyembah berhala. Ini menunjukkan betapa besar dosa kebohongan, sampai-sampai Allah menyebutkannya sejajar dengan syirik. Dusta seorang pemimpin adalah bentuk kezhaliman yang membuat masyarakat kehilangan kebenaran.
Hadis Nabi tentang Bahaya Dusta Pemimpin
1. Hadis Muttafaq ‘Alaih
إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
Artinya: “Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta akan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke dalam neraka.”
Rasulullah menjelaskan bahwa dusta memiliki rantai efek negatif. Ketika pemimpin terbiasa berbohong, ia tidak hanya merusak moral dirinya, tetapi juga membawa masyarakat menuju keburukan yang sistemik.
2. Hadis Riwayat Bukhari tentang Tanda Munafik
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berbohong; apabila berjanji ia mengingkari; dan apabila diberi amanah ia berkhianat.”
Hadis ini sangat relevan dengan fenomena hari ini. Pemimpin yang gemar berbohong, suka mengingkari janji, dan mengkhianati amanah, telah meniru sifat-sifat kemunafikan. Ini merupakan peringatan keras bagi setiap pemegang kekuasaan.
3. Hadis tentang Pemimpin Jahat
شِرَارُ وُلَاتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ
Artinya: “Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian.” (HR. Muslim)
Pemimpin yang pembohong akan dibenci rakyat karena kehilangan rasa percaya. Hilangnya kepercayaan adalah tanda bahwa kepemimpinan itu penuh kerusakan.
Analisis: Mengapa Pemimpin Mudah Berbohong?
1. Godaan Kekuasaan
Kekuasaan membuka pintu untuk manipulasi. Ketika hati tidak dikendalikan iman, kekuasaan akan melahirkan kesombongan dan keberanian untuk berdusta.
2. Hasrat Menjaga Citra
Banyak pemimpin takut terlihat gagal sehingga memilih menutupi kebenaran dengan kebohongan.
3. Kurangnya ketakwaan
Rasulullah bersabda:
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.” (HR. Tirmidzi)
Tanpa taqwa, pemimpin mudah terjerumus dalam fitnah kekuasaan.
4. Sistem yang tidak amanah
Lingkungan pemerintahan yang penuh kepentingan membuat sebagian pemimpin merasa aman untuk berbohong, seolah tidak ada konsekuensi moral.
Dampak Kebohongan Pemimpin
1. Hilangnya kepercayaan publik
Kepercayaan adalah modal terbesar pemimpin. Dusta menghancurkannya secara permanen.
2. Kerusakan sosial dan politik
Data palsu, janji palsu, dan kebijakan palsu menciptakan kebingungan massal.
3. Kehancuran moral bangsa
Ketika pemimpin berdusta, rakyat menirunya. Masyarakat menjadi permisif terhadap kebohongan.
4. Mendatangkan murka Allah
Allah tidak memberikan hidayah kepada pendusta. Kepemimpinan menjadi jauh dari keberkahan.
Pemimpin adalah ujung tombak peradaban. Ketika pemimpin jujur, rakyat akan hidup aman dan tenteram. Namun ketika pemimpin dusta, maka rusaklah seluruh sendi kehidupan. Islam dengan tegas melarang kebohongan, apalagi bagi seorang pemimpin yang memegang amanah besar. Al-Qur’an dan hadis memberikan peringatan keras bahwa dusta merupakan sifat tercela, membawa kepada kemunafikan, dan mengundang murka Allah.
Umat membutuhkan pemimpin yang berani berkata benar meski pahit, yang memegang amanah dengan takut kepada Allah, dan yang memahami bahwa kepemimpinan adalah ibadah, bukan alat mencari keuntungan.
Semoga artikel ini menjadi pengingat bagi kita semua, khususnya bagi para pemimpin, pejabat publik, kepala keluarga, dan siapa pun yang diberi amanah. Kejujuran harus menjadi fondasi kepemimpinan, karena dusta hanya akan membawa kepada keruntuhan dunia dan akhirat.
Semoga Allah memberi kita pemimpin yang jujur, amanah, dan membawa keberkahan bagi bangsa dan umat. (djl)
Sumber: