Idul Adha: Hari Raya Pengorbanan, Kisah Ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS kepada Allah SWT
Radarseluma.disway.id - Idul Adha: Hari Raya Pengorbanan, Kisah Ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS kepada Allah SWT--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Idul Adha adalah salah satu hari raya besar dalam Islam yang penuh makna dan nilai spiritual. Umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha setiap tanggal 10 Dzulhijjah sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah SWT dan mengenang keteladanan Nabi Ibrahim AS serta putranya, Nabi Ismail AS. Hari raya ini bukan sekadar momentum penyembelihan hewan kurban, namun juga simbol dari kepatuhan, ketulusan, dan totalitas penghambaan kepada Allah SWT.
Di balik perayaan ini, tersimpan kisah agung tentang ketaatan tanpa syarat dari seorang ayah dan anaknya kepada perintah Allah. Kisah ini menjadi teladan abadi tentang makna pengorbanan, keikhlasan, dan keimanan sejati. Artikel ini akan mengupas secara luas mengenai makna Idul Adha serta pelajaran besar dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, lengkap dengan dalil dari Al-Qur’an dan Hadis.
Kisah Ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
Kisah pengorbanan ini bermula dari mimpi Nabi Ibrahim AS. Dalam mimpinya, beliau diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail. Sebagai seorang nabi, Ibrahim AS mengetahui bahwa mimpi itu adalah wahyu dari Allah yang harus ditunaikan. Meskipun hal ini tentu berat secara emosional, beliau tetap bersiap menjalankan perintah tersebut.
Allah SWT mengabadikan peristiwa ini dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat ayat 102 yang mana berbunyi:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Ayat ini menunjukkan bagaimana ketundukan dan ketaatan Nabi Ibrahim AS diuji, dan yang lebih menakjubkan lagi adalah kesiapan Nabi Ismail AS yang saat itu masih remaja. Ia menerima perintah tersebut dengan lapang dada dan sabar karena menyadari bahwa itu adalah perintah dari Tuhan.
BACA JUGA:Menyambut Hari Arafah dengan Iman dan Taqwa
Pengorbanan yang Digantikan
Ketika Nabi Ibrahim AS hendak melaksanakan perintah tersebut, dan pisau telah diletakkan di leher Ismail, Allah SWT kemudian menggantikan Ismail dengan seekor hewan sembelihan yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT hanya menguji keimanan mereka.
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaffat: 107)
Menurut mayoritas mufassir, sembelihan besar tersebut adalah seekor domba jantan yang dikirim langsung dari surga. Peristiwa ini kemudian menjadi dasar dari ibadah kurban yang disyariatkan kepada umat Islam setiap Idul Adha.
Makna dan Hikmah dari Kisah Ini
1. Ketaatan Total kepada Allah SWT
Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS menunjukkan kepada umat manusia arti dari ketaatan total. Ketika perintah datang dari Allah, tidak ada ruang bagi perdebatan atau keraguan, walau perintah itu sangat berat secara logika dan perasaan.
Sumber: