Kisah Abu Nawas dan Roti yang Hilang

Kisah Abu Nawas dan Roti yang Hilang

Radarseluma.disway.id - Kisah Abu Nawas dan Roti yang Hilang--

Radarseluma.disway.id - Di sebuah kota kecil di Persia, hiduplah seorang pria bijak dan jenaka bernama Abu Nawas. Ia terkenal tidak hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena kepandaiannya dalam menghadapi masalah dengan cara yang unik. Suatu hari, sebuah kejadian menarik terjadi di pasar kota yang membuat seluruh warga gempar.

Pagi itu, seorang lelaki tua bernama Karim sedang berjalan-jalan di pasar dengan sebungkus roti hangat di tangannya. Aroma roti yang lezat menyebar ke seluruh penjuru, menarik perhatian banyak orang. Namun, sebelum sempat menikmati rotinya, Karim dikejutkan oleh seorang anak kecil berpakaian lusuh yang menatap roti itu dengan penuh harap. Mata anak itu berbinar-binar, tetapi wajahnya terlihat lelah dan perutnya keroncongan.

Tanpa berpikir panjang, Karim tersenyum dan membelah rotinya menjadi dua, lalu memberikan separuh kepada anak itu. Sang anak pun menerimanya dengan penuh syukur dan segera melahapnya. Karim merasa bahagia melihat anak itu tersenyum setelah kenyang. Namun, saat ia hendak menggigit bagian rotinya sendiri, seorang pria gemuk berwajah masam mendekatinya.

"Hei! Itu roti milikku!" seru pria tersebut dengan suara lantang.

Karim terkejut dan menatap pria itu dengan bingung. "Tuan, saya membeli roti ini dari tukang roti di ujung jalan. Bagaimana bisa ini menjadi milik Anda?"

Pria itu, yang bernama Bashir, adalah seorang saudagar kaya yang terkenal serakah. Ia melipat tangannya dan berkata dengan nada arogan, "Saya melihat Anda membeli roti itu dengan mata kepala saya sendiri. Namun, saat Anda membelahnya dan memberikannya pada anak kecil itu, setengah roti itu telah menjadi milik orang lain. Jadi, bagian yang tersisa adalah milik saya!"

BACA JUGA:Kisah Abu Nawas dan Hadiah dari Raja Harun Ar-Rasyid

Warga pasar mulai berkumpul, penasaran dengan perdebatan itu. Beberapa orang mulai berbisik-bisik, merasa kesal dengan kelakuan Bashir yang selalu mencari cara untuk mengambil keuntungan dari orang lain. Karim berusaha menjelaskan bahwa roti itu tetap miliknya, tetapi Bashir tetap bersikeras. Karena kebingungan, salah seorang warga menyarankan agar mereka meminta keputusan dari Abu Nawas.

Maka, mereka pun bergegas menuju rumah Abu Nawas. Setibanya di sana, Abu Nawas menyambut mereka dengan ramah dan mendengarkan kisah mereka dengan penuh perhatian. Setelah berpikir sejenak, ia tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku akan menyelesaikan masalah ini dengan adil."

Abu Nawas mengambil sebilah pisau dan berkata, "Jika Bashir mengklaim bahwa setengah roti yang tersisa adalah miliknya, maka kita akan membagi roti ini menjadi dua bagian yang adil. Dengan begitu, Karim mendapatkan setengah dari setengah rotinya, dan Bashir mendapatkan setengah lainnya."

Bashir tersenyum puas, mengira ia akan mendapatkan bagian dari roti itu. Namun, Abu Nawas melanjutkan, "Tapi sebelum itu, kita harus menimbang nilai roti ini. Karena roti ini telah dibagi dan sebagian telah diberikan dengan tulus kepada anak kelaparan, maka bagian yang tersisa telah kehilangan nilainya. Roti yang diberikan dengan ikhlas menjadi berkah, sedangkan roti yang diperebutkan kehilangan keberkahannya. Oleh karena itu, aku memutuskan bahwa bagian yang tersisa tidak layak untuk dimiliki oleh orang serakah."

BACA JUGA:Kisah Abu Nawas Berpura-Pura Gila

Dengan cekatan, Abu Nawas mengambil roti itu dan memberikannya kepada seorang pengemis yang kebetulan lewat. "Lebih baik roti ini diberikan kepada yang benar-benar membutuhkan," katanya.

Bashir terkejut dan merasa dipermalukan di depan banyak orang. Warga pasar tertawa dan bersorak, merasa puas dengan keadilan yang ditegakkan Abu Nawas. Bashir, yang malu dan marah, segera pergi tanpa berkata apa-apa. Sementara itu, Karim tersenyum penuh syukur, menyadari bahwa niat baik selalu mendapatkan balasan yang baik.

Sejak kejadian itu, banyak orang yang terinspirasi untuk lebih banyak berbagi, terutama saat Hari Raya Idulfitri tiba. Mereka menyadari bahwa berbagi dengan sesama adalah kebajikan yang akan selalu mendatangkan keberkahan. Orang-orang di kota itu mulai lebih sering membantu mereka yang membutuhkan, mengikuti teladan Karim yang memberi dengan tulus dan Abu Nawas yang menegakkan keadilan dengan kebijaksanaan.

BACA JUGA:Kisah Abu Nawas dan Mimpi Sang Raja Harun Al-Rasyid

Kisah ini menjadi pengingat bahwa memberi dengan ikhlas akan membawa berkah, sementara keserakahan hanya akan mendatangkan kerugian. Dan begitulah, Abu Nawas kembali mengajarkan kebijaksanaan dengan cara yang unik dan menghibur, membuat namanya semakin dihormati di seluruh penjuru Negeri. (djl)

Sumber: