Kisah Abu Nawas dan Mimpi Sang Raja Harun Al-Rasyid

Radarseluma.disway.id - Kisah Abu Nawas dan Mimpi Raja Harun Al-Rasyid --
Radarseluma.disway.id - Pada suatu malam yang sunyi di istana kerajaan, Raja Harun Al-Rasyid terbangun dengan keringat bercucuran. Ia baru saja mengalami mimpi aneh yang begitu mengusik pikirannya. Dalam mimpinya, ia melihat dirinya berjalan di tengah padang pasir yang luas, lalu tiba-tiba sebuah lubang besar terbuka di hadapannya. Dari lubang itu muncul seekor burung raksasa dengan paruh emas dan mata berkilauan seperti permata. Burung itu berkata, "Wahai Raja, waktumu hampir tiba. Bersiaplah!"
Raja terkejut dan merasa cemas. Ia memanggil penasihat istana dan para ahli tafsir mimpi, tetapi tak satu pun dari mereka yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Akhirnya, salah satu menteri mengusulkan, "Paduka, mengapa tidak memanggil Abu Nawas? Ia terkenal cerdik dan mungkin dapat menafsirkan mimpi Paduka dengan bijaksana."
Raja setuju dan segera mengirim utusan untuk menjemput Abu Nawas. Tak lama kemudian, Abu Nawas pun tiba di istana. Dengan sikap rendah hati, ia memberi hormat kepada Raja dan bertanya, "Wahai Baginda, mengapa hamba dipanggil pada malam sedini ini?"
BACA JUGA:Kisah: Abu Nawas Menyelamatkan Sahabatnya
Raja menceritakan mimpi yang dialaminya dengan penuh kegelisahan. Ia ingin Abu Nawas memberikan tafsir yang masuk akal. Setelah mendengarkan dengan saksama, Abu Nawas terdiam sejenak, lalu berkata, "Paduka, ini adalah mimpi yang sangat dalam maknanya. Namun, sebelum hamba menafsirkannya, izinkan hamba mengajukan satu pertanyaan: apakah Paduka ingin mendengar jawaban yang menyenangkan hati atau jawaban yang sesungguhnya?"
Raja berpikir sejenak, lalu menjawab, "Tentu saja aku ingin mendengar yang sesungguhnya!"
Abu Nawas tersenyum dan mulai menjelaskan, "Burung raksasa dalam mimpi Paduka melambangkan waktu. Paruh emasnya adalah tanda bahwa waktu itu berharga dan tidak bisa dibeli kembali. Matanya yang berkilauan menandakan bahwa waktu selalu mengawasi kita. Kalimat ‘waktumu hampir tiba’ bukan berarti ajal Paduka sudah dekat, melainkan sebuah peringatan agar Paduka menggunakan waktu dengan bijak dan adil."
Raja termenung. "Jadi, mimpi itu bukan pertanda kematian?" tanyanya.
Abu Nawas menggeleng. "Tidak, Baginda. Mimpi ini adalah peringatan agar Paduka lebih memperhatikan keadilan dalam memerintah. Barangkali ada rakyat yang merasa belum mendapatkan keadilan dari Paduka. Jika seorang raja tidak bijaksana, waktu akan berlalu begitu saja, dan suatu hari nanti, ia akan menyesal karena tidak memanfaatkannya dengan baik."
BACA JUGA:Bagaimana Abu Nawas Menipu si Penipu..?? Ini Kisahnya
Raja Harun Al-Rasyid terdiam. Ia merenungkan kata-kata Abu Nawas dan mulai menyadari bahwa selama ini ia terlalu sibuk dengan urusan istana, tanpa benar-benar memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia kemudian berkata, "Abu Nawas, kau benar. Aku harus lebih bijaksana dalam menggunakan waktuku. Mulai besok, aku akan turun langsung ke rakyat untuk memastikan mereka mendapatkan keadilan yang seharusnya."
Abu Nawas tersenyum dan berkata, "Keputusan Paduka sangat bijaksana. Ingatlah bahwa waktu adalah sesuatu yang tak dapat kita putar kembali. Sebelum terlambat, gunakanlah dengan sebaik-baiknya."
Sejak hari itu, Raja Harun Al-Rasyid semakin dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia sering menyamar sebagai rakyat biasa untuk mengetahui keadaan mereka secara langsung.
Pesan moral dari cerita ini adalah: Waktu adalah anugerah yang sangat berharga, dan setiap pemimpin harus menggunakan kekuasaannya dengan adil serta bijaksana. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik.(djl)
Sumber: