Kisah: Abu Nawas Menyelamatkan Sahabatnya

Kisah: Abu Nawas Menyelamatkan Sahabatnya

Radarseluma.disway.id - Abu Nawas menyelamatkan Sahabatnya--

Radarseluma.disway.id - Di sebuah kota di Timur Tengah yang penuh kebijaksanaan dan kelicikan, hiduplah seorang pria bernama Abu Nawas. Ia terkenal bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena hatinya yang mulia. Suatu hari, sahabatnya, Karim, seorang pedagang yang jujur, dituduh mencuri emas dari istana.

Tuduhan itu datang dari seorang menteri istana yang licik, bernama Wazir Hamid. Wazir Hamid iri dengan Karim yang sukses dalam berdagang dan memiliki banyak pelanggan setia. Maka, ia merancang jebakan agar Karim dijebloskan ke penjara.

BACA JUGA:Abu Nawas dan Tebakan Yang Mustahil Raja Al-Rasyid

Karim ditangkap di pasar oleh para penjaga kerajaan dan dibawa ke hadapan Sultan Harun Al-Rasyid.

“Karim, kau dituduh mencuri sepuluh keping emas dari istana! Apa kau mengakuinya?” tanya Sultan dengan tatapan tajam.

Karim menggeleng dengan panik. “Hamba tidak bersalah, Paduka! Hamba tidak pernah mencuri!”

Namun, Wazir Hamid pura-pura bersedih. “Ampun, Paduka. Hamba sendiri yang menyaksikan Karim mengambil emas dari ruang penyimpanan istana.”

Tanpa bukti lain, Sultan hampir saja menjatuhkan hukuman berat. Namun, tiba-tiba Abu Nawas yang kebetulan ada di istana, maju ke depan dan berkata, “Paduka, izinkan hamba membuktikan bahwa Karim tidak bersalah.”

Sultan menatapnya dengan penuh minat. “Bagaimana caramu membuktikannya, Abu Nawas?”

Abu Nawas tersenyum dan berkata, “Berilah hamba waktu satu hari. Jika hamba gagal membuktikan ketidakbersalahan Karim, hamba rela menerima hukuman bersamanya.”

Sultan yang menyukai kecerdikan Abu Nawas pun mengizinkan.

BACA JUGA:Rahasia Abu Nawas Meloloskan Diri dari Hukuman

Rencana Licik Sang Cerdik

Abu Nawas segera mendatangi Karim di penjara dan bertanya, “Pernahkah kau masuk ke istana sebelumnya?”

Karim menggeleng. “Tidak, Abu. Bahkan aku tidak tahu di mana ruang penyimpanan emas itu.”

Abu Nawas mengangguk, lalu menemui seorang pelayan istana yang dikenal baik, bernama Jafar.

“Jafar, adakah yang aneh dengan Wazir Hamid akhir-akhir ini?”

Jafar berpikir sejenak lalu berkata, “Ya, Tuan Abu. Dua hari lalu, ia terlihat membawa sebuah kantong kecil dari istana. Ia tampak gugup saat melewati para penjaga.”

Mendengar itu, Abu Nawas tersenyum puas. Ia punya rencana.

BACA JUGA:Bagaimana Abu Nawas Menipu si Penipu..?? Ini Kisahnya

Keadilan Terungkap

Keesokan harinya, di hadapan Sultan, Abu Nawas membawa sebutir telur ke ruang sidang.

Sultan heran. “Apa maksudnya telur itu, Abu Nawas?”

Abu Nawas tersenyum. “Hamba hanya ingin membuktikan kebenaran dengan cara ajaib, Paduka.”

Lalu, ia menoleh kepada para hadirin dan berkata lantang, “Dalam semalam, hamba telah mempelajari ilmu ajaib untuk mengetahui siapa pencuri sebenarnya. Hamba bisa menetaskan telur ini hanya dengan menyebut nama si pencuri.”

Semua orang terkejut.

“Sekarang, mari kita mulai,” kata Abu Nawas. Ia menutup matanya dan mulai bergumam seolah membaca mantra. “Siapa pun yang mencuri emas istana, maka saat aku menyebut namanya, tangannya akan menjadi hitam karena telur ajaib ini.”

Para hadirin mulai melihat ke satu sama lain dengan gelisah.

Abu Nawas lalu meminta semua orang mengulurkan tangan. “Aku akan memeriksa apakah ada yang berubah.”

Satu per satu orang menunjukkan tangannya, termasuk Karim yang tetap bersih. Namun, saat giliran Wazir Hamid, ia tampak ragu.

“Cepat tunjukkan tanganmu, Wazir Hamid,” kata Abu Nawas tegas.

Dengan enggan, Wazir Hamid menunjukkan tangannya—dan ternyata masih bersih.

Beberapa orang mulai bingung. Namun, Abu Nawas tertawa kecil dan berkata, “Paduka, inilah bukti bahwa Wazir Hamid adalah pencuri sebenarnya!”

Sultan mengernyitkan dahi. “Bagaimana kau tahu?”

Abu Nawas tersenyum dan memperlihatkan telapak tangannya sendiri yang penuh jelaga hitam.

“Telur ini tidak memiliki kekuatan ajaib, Paduka. Hamba hanya mengolesinya dengan jelaga hitam sebelum sidang dimulai. Orang yang tidak merasa bersalah tentu akan memperlihatkan tangannya tanpa ragu. Tapi pencuri akan takut dan tidak mau menyentuh telurnya!”

Semua orang terkejut. Wazir Hamid pun gemetar ketakutan.

Akhirnya, Sultan memerintahkan penjaga untuk menggeledah rumah Wazir Hamid. Dan benar saja, emas yang hilang ditemukan tersembunyi di bawah tempat tidurnya.

BACA JUGA:Strategi Abu Nawas dalam Menipu Tanpa Berdosa

Keadilan Ditegakkan

Sultan sangat murka dan segera menjatuhkan hukuman kepada Wazir Hamid, sementara Karim dibebaskan dengan penuh kehormatan.

Setelah semuanya selesai, Karim memeluk Abu Nawas dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, sahabatku. Tanpamu, aku pasti sudah dihukum atas kejahatan yang tidak kulakukan.”

Abu Nawas tersenyum. “Kebenaran selalu menemukan jalannya, Karim. Yang penting, kita tidak boleh menyerah untuk mencarinya.”

Pesan Moral

  1. Kebijaksanaan lebih kuat daripada kekuasaan. Kecerdikan Abu Nawas mampu mengalahkan tipu daya orang licik.
  2. Kebenaran tidak bisa disembunyikan selamanya. Cepat atau lambat, kejahatan akan terbongkar.
  3. Jangan mudah percaya tanpa bukti. Seperti Sultan yang hampir menghukum Karim tanpa penyelidikan lebih dalam.

Demikianlah kisah Abu Nawas yang kembali membuktikan bahwa kecerdikan dan kejujuran selalu menang. (djl)

Sumber: