Abu Nawas dan Teko Emas: Mengubah Kerugian Jadi Keuntungan

Abu Nawas dan Teko Emas: Mengubah Kerugian Jadi Keuntungan

Radarseluma.disway.id - Abu Nawas dan Teko Emas: Mengubah Kerugian Jadi Keuntungan--

Radarseluma.disway.id - Di sebuah kampung kecil di pinggiran kota Baghdad, hiduplah seorang pria sederhana namun terkenal karena kecerdasannya yang luar biasa: Abu Nawas. Ia bukan pejabat, bukan saudagar kaya, apalagi penyihir, tapi namanya selalu dibicarakan—entah karena kelucuannya, atau karena akalnya yang luar biasa tajam.

Suatu hari, Abu Nawas duduk termenung di depan rumahnya. Wajahnya tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Ia tampak lelah, seperti seseorang yang baru saja kalah dalam permainan, meski ia tak pernah ikut judi.

"Abu Nawas! Kenapa kau seperti ayam kehilangan jagung?" tanya tetangganya, Hasan, sambil tertawa kecil.

Abu Nawas menarik napas dalam. "Aku baru saja menjual teko emas warisan ibuku. Uangnya cukup untuk makan beberapa hari, tapi rasanya... seperti menjual kenangan."

Hasan pun duduk di sampingnya. "Tapi kan hidup memang kadang seperti itu. Seperti puasa. Kita menahan lapar, menunggu waktu berbuka. Tapi kalau sabar, ujungnya ada kemenangan."

Abu Nawas menatap Hasan dan tersenyum tipis. “Kau benar. Tapi kemenangan itu belum terasa.”

BACA JUGA:Kisah Abu Nawas Menyamar Jadi Orang Gila

Belum selesai mereka mengobrol, datang utusan dari istana.

“Abu Nawas, Baginda Sultan memanggilmu!”

Dengan langkah cepat, Abu Nawas menuju istana. Di sana, Sultan Harun Al-Rasyid menyambutnya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu.

“Wahai Abu Nawas,” ujar Sultan, “aku mendengar kau menjual teko emas warisan. Kau kehilangan harta, tapi aku tahu, kau tak pernah kehilangan akal.”

Abu Nawas membungkuk. “Betul, Tuanku. Tapi kali ini, akal saya sedang istirahat sejenak.”

Sultan tertawa terbahak. “Kalau begitu, mari kita bangunkan kembali akalmu. Aku ingin kau membuat orang-orang Baghdad berpikir. Aku ingin mereka belajar dari satu hal kecil: pasir.”

“Pasir, Tuanku?”

Sumber: