Peninggalan Bersejarah Wali Songo Bab Dua Part 7

Peninggalan Bersejarah Wali Songo Bab Dua Part 7

Kajian Islam. Kisah Peninggalan Bersejarah Sunan Kalijaga Raden Said --

Peninggalan Sunan Kalijaga (Raden Said)
 
Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Walisongo merupakan wali sembilan ulama besar berasal dari pulau Jawa yang menandakan jumlah Wali yang berjumlah sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa.
 
Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsanayang dalam bahasa Arab berarti Mulia, pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat ada pula yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah Majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). 
 
Saat itu, Majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana ‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
 
 
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya, pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
 
Dari perjalanan waktu banyak  peninggalan bersejarah para Wali Songo untuk mengenal lebih dekat ayoo kita bahas satu-persatu peninggalan masing-masing Wali Songo untuk yang pertama kita mulai dari peninggalan Sunan Gresik Atau Maulana Malik Ibrahim dalam Part 2 peninggalan bersejarah Sunan Ampel Raden Rahmat dan yang ketiga Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim adapun ke empat Sunan Drajat Raden Qosim dan selanjutnya kita akan lihat Peninggalan Bersejarah Sunan Kudus Ja’far Shadiq kali ini kita bahas peninggalan Sunan Giri Raden Paku atau Ainul Yaqin untuk kali ini di Part 7 ada Sunan Kalijaga ( Raden Said )
 
 
Sunan Kalijaga  merupakan “Wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1450 Masehi. 
Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.
 
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. 
Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, 
Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. 
 
 
Sunan Kalijaga juga ikut merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama Masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
 
Dalam hal berdakwah menyebarkan Agama Islam Sunan Kalijaga punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. 
Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). 
Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
 
Sunan Kalijaga sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. 
Maka mereka harus didekati secara bertahap mengikuti sambil mempengaruhi. 
 
 
Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Agama Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. 
Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. 
 
Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
 
Metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga tersebut sangat efektif. Sebagian besar Adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. 
Di antaranya adalah Adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu Selatan Demak.
 
 
Adapun beberapa peninggalan Sunan Kalijaga yang masih bisa ditemukan saat ini, diantaranya adalah
 
Satu: Masjid Agung Demak
 
Sunan Kalijaga berperan dalam merancang kota Demak dan mendirikan Masjid Agung Demak. 
Salah satu karya terkenal Sunan Kalijaga di Masjid ini adalah saka tatal, tiang kokoh yang terbuat dari kayu jati. 
 
Dua: Masjid Kedondong
 
Masjid Kedondong ini memiliki beberapa peninggalan kuno yang dipercaya merupakan peninggalan Sunan Kalijaga, di antaranya Bedug, Mustoko, Kentongan, Umpak, Encis, dan sumur tua. 
 
Tiga: Masjid Tiban
 
Masjid Tiban bersejarah ini dibangun pada abad ke 14 juga masih merupakan peninggalan Sunan Kalijaga. 
 
 
Empat: Banyu Cis Sang Cipta Rasa
 
Sumur ini terletak di beranda bagian utara Masjid Agung Cirebon. 
Sumur ini diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, serta memelihara kesehatan. 
 
Lima: Batu Bobot
 
Batu bobot ini sangat berat dan terdapat di Grobogan, Jawa Tengah. Batu inilah yang dipakai Mpu Supa Mandagri ketika membuat keris Kyai Carubuk. 
 
Selain peninggalan fisik, Sunan Kalijaga juga meninggalkan peninggalan berupa:
 
✓Tembang Gundul-Gundul Pacul
✓Seni wayang kulit
✓Seni gamelan
✓Seni ukir
✓Baju takwa
✓Perayaan sekatenan
✓Grebeg maulud
✓Layang Kalimasada
✓Lakon wayang Petruk Jadi Raja
 
Itulah beberapa peninggalan Bersejarah Sunan Kalijaga yang masih lestarikan dan di manfaatkan oleh masyarakat hingga saat ini. (djl) 
Bersambung Part 8

Sumber: