Peninggalan Bersejarah Para Wali Songo Bab Dua Part 4

Peninggalan Bersejarah Para Wali Songo Bab Dua Part 4

Kajian Islam. Peninggalan Bersejarah Sunan Drajat --

Peninggalan Bersejarah Sunan Drajat (Raden Qasim)
 
Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Walisongo merupakan wali sembilan ulama besar berasal dari pulau Jawa yang menandakan jumlah Wali yang berjumlah sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa.
 
Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsanayang dalam bahasa Arab berarti Mulia, pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat ada pula yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah Majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). 
 
 
Saat itu, Majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana ‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
 
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya, pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
 
 
Dari perjalanan waktu banyak  peninggalan bersejarah para Wali Songo untuk mengenal lebih dekat ayoo kita bahas satu-persatu peninggalan masing-masing Wali Songo untuk yang pertama kita mulai dari peninggalan Sunan Gresik Atau Maulana Malik Ibrahim dalam Part 2 peninggalan bersejarah Sunan Ampel Raden Rahmat dan yang ketiga Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim adapun ke empat Sunan Drajat Raden Qosim 
 
Keempat: Sunan Drajat ( Raden Qasim)
 
Sunan Drajat Raden Qosim bernama kecil Raden Qosim putra Sunan Ampel atau Raden Rahmat saudara kandung Sunan Bonang. 
Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 Masehi dan Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. 
Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang.
 
Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran Lamongan. 
Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengikuti metode ayahnya yaitu secara langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. 
Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria terutama seni suluk.
 
Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/ beri makan pada yang lapar/ beri pakaian pada yang telanjang
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
 
 
Adapun peninggalan Sunan Drajat yang terkenal antara lain yaitu
 
Satu: Gamelan Singo Mengko
 
Salah satu peninggalan Sunan Drajat yang terkenal, gamelan ini memiliki angklung yang dihiasi ragam hias singa mengkok. 
 
Dua: Tembang pangkur
 
Tembang ini diciptakan oleh Sunan Drajat dan kemudian digabungkan dengan sastra macapat pada akhir abad ke 15. 
 
Tiga: Sastra suluk
 
Sunan Drajat memanfaatkan sastra suluk, termasuk bait-bait dari Serat Dewa Ruci, untuk menyebarkan ajaran Islam. 
 
Empat: Catur Piwulang
 
Ajaran peninggalan Sunan Drajat yang cukup populer dan terpajang di depan makamnya. 
 
Lima: Makam Sunan Drajat 
 
Selain peninggalan-peninggalan di atas, Sunan Drajat juga memiliki makam yang berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. 
Makam ini memiliki beberapa ciri khas, yaitu pintu masuk berupa cungkup Sunan Drajat dengan ukiran candra sangkala..
Tujuh tingkatan teras yang harus dilalui peziarah sebelum memasuki area makam.
Teras-teras awal didominasi bangunan kayu, sedangkan teras-teras terakhir didominasi bangunan batu bata
 
Peninggalan Sunan Drajat dapat ditemukan di kompleks makamnya di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. 
Selain itu, peninggalan-peninggalan tersebut juga tersimpan di Museum Sunan Drajat yang dibangun pada tahun 1991 Sungguh luar biasa itulah beberapa peninggalan Sejarah Sunan Drajat Raden Qosim masih dilestarikan hingga saat ini. (djl) 
Bersambung Part 4

Sumber: