Peninggalan Bersejarah Para Wali Songo Bab Dua Part 3

Peninggalan Bersejarah Para Wali Songo Bab Dua Part 3

Kajian Islam. Peninggalan Bersejarah Sunan Bonang --

Peninggalan Bersejarah Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim 
 
Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Walisongo merupakan wali sembilan ulama besar berasal dari pulau Jawa yang menandakan jumlah Wali yang berjumlah sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa.
 
Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsanayang dalam bahasa Arab berarti Mulia, pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat ada pula yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah Majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). 
 
Saat itu, Majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana ‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
 
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya, pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
 
Dari perjalanan waktu banyak  peninggalan bersejarah para Wali Songo untuk mengenal lebih dekat ayoo kita bahas satu-persatu peninggalan masing-masing Wali Songo untuk yang pertama kita mulai dari peninggalan Sunan Gresik Atau Maulana Malik Ibrahim dalam Part 2 peninggalan bersejarah Sunan Ampel Raden Rahmat dan yang ketiga Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim 
 
 
Peninggalan Bersejarah Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim 
 
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. 
 
Beliau adalah salah satu pejuang di tanah jawa juga seorang tokoh pejuang Islam di tanah jawa, seorang Pendiri Kerajaan Islam di Demak, Jawa Tengah, Area dakwah nya ada di Jawa tengah dan jawa timur, khusus nya di daerah tuban dan lasem. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. 
 
 
Pembaharuannya pada Gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. 
Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525 Masehi ada pun peninggalan Sunan Bonang yaitu: 
 
Satu: Suluk dan tembang
 
Sunan Bonang menggubah suluk dan tembang tamsil, di antaranya Suluk Wijil dan tembang Tombo Ati. Suluk Wijil menjelaskan tentang peralihan ajaran Hindu ke Islam, perenungan ilmu sufi, dan ajaran mengenal Tuhan. Tembang Tombo Ati masih sering dinyanyikan orang. 
 
Dua: Masjid Astana
 
Masjid ini terkenal dengan gaya payungnya yang mirip masjid di Arab Saudi. 
 
Tiga: Pendopo: 
 
Pendopo ini terletak di dalam kompleks makam Sunan Bonang. 
 
Empat: Sumur Srumbung
 
Sumur ini konon airnya tidak pernah habis. 
 
Sunan Bonang juga dikenal sebagai cendekiawan Islam yang menguasai tasawuf, fikih, ushuludin, kesenian, dan kesusastraan. Dalam berdakwah, Sunan Bonang menggunakan media kesenian dan kebudayaan, salah satunya gamelan Jawa bernama Bonang yang berarti induk kemenangan.
 
Lima: Gerbang Gapura Asli Kuno
 
Gapura itu berbentuk khas dan unik. Sebuah jalan kecil terdapat di bagian tengahnya dan di sisi timurnya.Pada dinding gapura juga  terdapat hiasan berupa tempelan piring-piring keramik kuno. Umumnya piring-piring  dalam berbagai ukuran itu  berwarna putih dengan hiasan tulisan Arab dan hiasan-hiasan lainnya yang berwarna biru, hitam dan merah.
Gapura yang bernama Paduraksa itu merupakan salah satu gapura di kawasan wisata makam Sunan Bonang yang menjadi  jejak budaya masa lampau.
 
 
Enam: Bende Becak 
 
Bende Becak adalah salah satu peninggalan Sunan Bonang yang masih dijaga dan dirawat hingga saat ini. Bende Becak ini memiliki tradisi penjamasan yang dilakukan setiap tahunnya pada tanggal 10 Dzulhijjah, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. 
 
Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan Bende Becak: 
 
Bende Becak dirawat dan dijaga oleh santri-santri Sunan Bonang setelah beliau meninggal dunia. 
Juru kunci yang ditunjuk secara turun menurun bertugas untuk merawat Bende Becak. 
 
Tradisi penjamasan Bende Becak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTbI) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). 
 
Ritual penjamasan Bende Becak menarik banyak orang untuk datang, bahkan dari luar kota. 
 
Warga berebut untuk mendapatkan air bekas penjamasan, kain kafan bekas pembungkus, bambu, dan ketan kuning yang dibagikan kepada pengunjung. 
 
Air bekas penjamasan dipercaya dapat membuat seseorang awet muda dan sembuh dari penyakit. 
 
Itulah beberapa peninggalan bersejarah Sunan Bonang yang masih ada dan di lestarikan serta di manfaatkan bagi masyarakat khususnya orang-orang Jawa bahkan menjadi daya tarik wisatawan hingga Manca Negara. (djl)
 
Bersambung Part 4
 
 

Sumber: