Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part 10

Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part 10

Kajian Islam. Kisah Sunan Kalijaga --

"Kisah Sunan Kali Jaga ( Raden Sahid)"

Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Penyebaran Agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari Wali Songo yaitu 9 Wali dari Kepulauan Jawa mereka dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran Agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa. 

Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, masyarakat Muslim di Nusantara tentu tak asing lagi dengan Wali Songo atau 9 Wali dari Pulau Jawa.

Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran Agama Islam di Indonesia. Wali Songo telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah penyebaran Agama Islam di pulau Jawa. Wali Songo membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak memeluk Agama Hindu-Budha.

Adapun ke 9 Wali Songo tersebut adalah Sunan Maulana Maghribi, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Untuk lebih mengenal ke 9 Wali Songo tersebut mari kita kupas satu-satu 

BACA JUGA:Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Enam

Pada Part sembilan kita sudah mengupas Kisah Sunan Ampel atau Raden Rahmat dan kali kita akan membedah kisah Sunan Kalijaga alias Raden Sahid

Sunan Kalijaga (Raden Sahid) merupakan anak dari Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta. Ia dikenal sebagai budayawan dan seniman seni suara, seni ukir hingga seni busana. Ia juga menciptakan aneka cerita wayang yang bercorak keislaman.
 
Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang terbuat dari kulit kambing atau biasa dikenal sebagai wayang kulit. Sebab, pada masa itu wayang populer dilukis pada semacan kertas  atau wayang beber. Dalam seni suara, ia menciptakan lagu Dandanggula.
 
Sebelum menjadi ulama, Sunan Kalijaga konon pengalaman hidup sebagai perampok atau begal. Bahkan, ia juga pernah merampok Sunan Bonang. Peristiwa tersebut diyakini terjadi saat Sunan Kalijaga masih berusia muda. Sunan Kalijaga juga dikenal kerap melakukan tindak kekerasan.
 
 
Aksi perampokan yang dilakukan Sunan Kalijaga diketahui oleh ayahnya. Sang ayah Tumenggung Wilantika pun marah, malu dan merasa namanya tercoreng karena kelakuan buruk sang anak. Ia lantas mengusir Sunan Kalijaga dari rumah mereka. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Sunan Kalijaga membongkar Gudang Kadipaten untuk membagikan bahan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.
 
Sebab, saat itu masyarakat Tuban hidup sangat memprihatinkan lantaran adanya upeti ditambah musim kemarau panjang. Kendati sudah diusir dari Tuban, Sunan Kalijaga tidak berhenti melakukan aksi pembegalan. Ia bahkan merampok orang-orang kaya di Kadipaten Tuban. Mengetahui hal itu, ayahnya tentu semakin marah. Sunan Kalijaga kembali diusir. Kali ini ia disuruh angkat kaki dari wilayah Kadipaten Tuban.
 
Keluar dari daerah Tuban, Sunan Kalijaga masih juga tidak menghentikan aksi perampokan itu. Bahkan, ia sampai tega meminta harta seorang yang sepuh, saat itu, Sunan Kalijaga bertemu dengan seseorang di hutan Jati Wangi. Ternyata, orang tua tersebut diketahui sebagai Sunan Bonang. Raden Syahid alias Sunan Kalijaga tidak mengenal orang tua tersebut. Karena masih memiliki jiwa begal, ia berniat untuk membegal Sunan Bonang.
 
 
Bahkan, Sunan Kalijaga berhasil melumpuhkan Sunan Bonang. Ia pun meminta Sunan Bonang menyerahkan barang bawaannya.Tanpa disangka, Sunan Bonang menolak permintaan itu. Kemudian, Sunan Kalijaga pun menjelaskan alasannya membegal adalah untuk membantu orang miskin.
 
Dalam cerita versi lainnya, Sunan Kalijaga meminta maaf dan bertobat lantaran Sunan Bonang menasihatinya dan menunjukkan kesaktiannya, yaitu mengubah buah pohon aren menjadi emas. Pertemuan tersebut membuat Sunan Kalijaga bertobat dan langsung memohon agar diperbolehkan menjadi muridnya. Sunan Bonang tentu saja menerima permintaan tersebut.
 
Namun, Sunan Bonang mengajukan suatu syarat, yaitu Sunan Kalijaga harus bersemedi di pinggir kali sampai Sunan Bonang kembali. Sunan Kalijaga pun menyanggupi syarat tersebut. Dikisahkan, Sunan Bonang pun akhirnya kembali ke tempat yang sama setelah tiga tahun lamanya. Ia lantas menemukan tubuh Sunan Kalijaga sudah dirambati oleh rerumputan.
 
Melihat keteguhan hati Sunan Kalijaga, Sunan Bonang pun takjub. Atas peristiwa itu lah kemudian Raden Syahid diberi nama “Sunan Kalijaga”. Artinya, penjaga kali. Selain itu, Sunan Kalijaga juga dapat diartikan sebagai orang yang senantiasa menjaga semua aliran atau kepercayaan yang dianut masyarakat. Sunan Kalijaga menjadi satu-satunya wali yang paham dan mendalami segala pergerakan, aliran atau agama yang hidup di tengah masyarakat.
 
Selain itu, Sunan Kalijaga juga memiliki cara yang unik saat menyebarkan Agama Islam di pulau Jawa. Ia berhasil mengenalkan ajaran Agama Islam dengan memadukan budaya Jawa seperti wayang. Bahkan, Sunan Kalijaga juga mengarang sebuah tembang Jawa yang sangat terkenal sampai saat ini, yaitu Ilir-Ilir. (djl) 
 
Bersambung Part 11

Sumber: