Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Delapan

Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Delapan

Kajian Islam. Kisah Sunan Kudus--

"Kisah Sunan Kudus (Jafar Sadiq)"

Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Penyebaran Agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari Wali Songo yaitu 9 Wali dari Kepulauan Jawa mereka dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran Agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa. 

Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, masyarakat Muslim di Nusantara tentu tak asing lagi dengan Wali Songo atau 9 Wali dari Pulau Jawa.

Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran Agama Islam di Indonesia. Wali Songo telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah penyebaran Agama Islam di pulau Jawa. Wali Songo membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak memeluk Agama Hindu-Budha.

Adapun ke 9 Wali Songo tersebut adalah Sunan Maulana Maghribi, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Untuk lebih mengenal ke 9 Wali Songo tersebut mari kita kupas satu-satu 

BACA JUGA:Allahu Akbar..!! Ternyata ada Amalan Yang Mampu Menghapus Dosa Meskipun Berbuat Dosa Hingga 100 Tahun

Pada Part tujuh kisah Peninggalan Sunan Muria (Raden Umar Said) untuk selanjutnya kita akan mengupas Kisah Wali Songo Sunan Kudus (Jafar Shadiq)

Sunan Kudus (Jafar Sadiq) diberi gelar oleh para wali dengan nama Wali Al-ilmi yang memiliki arti orang yang berilmu luas. Sunan Kudus memiliki keahlian khusus dalam bidang Agama. Ia juga dipercaya untuk memegang pemerintahan di daerah Kudus. Sunan Kudus merupakan salah satu Wali Songo penyebar Agama Islam di Pulau Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah.

Hal ini dikarenakan beliau merupakan panglima serta pemimpin peperangan menggantikan ayahnya.
Sunan Kudus merupakan putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, dekat Blora. Selain belajar Agama kepada ayahnya, Sunan Kudus juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, seperti Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel.

Setelah menimba ilmu Agama dari Kyai Telingsing, Sunan Kudus mewarisi ketekunan dan kedisiplinan dalam mengejar atau meraih cita-cita. Selanjutnya, Sunan Kudus juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya selama beberapa tahun lamanya.

Perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan Agama Islam sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan para wali lainnya. Ia senantiasa menempuh jalan kebijaksanaan, dengan siasat dan taktik itu, masyarakat dapat diajak memeluk Agama Islam.

BACA JUGA:Inilah Tokoh Indonesia Sudah Masuk Dalam Kakbah, Siapa Mereka Berikut Penjelasannya.

Saat itu, masyarakat di Kudus masih banyak yang belum beriman masih memeluk Agama Hindu dan Buddha tentu saja bukan pekerjaan yang mudah untuk mengajak mereka memeluk Agama Islam. Apalagi mereka yang masih memeluk kepercayaan lama dan memegang teguh adat-istiadat jumlahnya tidak sedikit. di dalam masyarakat dengan kondisi seperti itulah Sunan Kudus harus berjuang menegakkan Agama Islam.

Dalam hal berdakwah menyampaikan Islam ke masyarakat Sunan Kudus menggunakan pendekatan Kultural Sunan Kudus

Sunan Kudus dikenal menjadi salah satu pendakwah ulung di Tanah Jawa yang mampu menyebarkan agama Islam dengan cara-cara fleksibel dengan mengambil hati masyarakat non-islam dengan melakukan pendekatan kebudayaan. Sehingga agama Islam mampu diterima dengan baik oleh masyarakat setempat tanpa melakukan tindakan kekerasan. Berbagai macam cara dilakukan oleh Sunan Kudus dalam melakukan pendekatan kebudayaan. Berikut ini pendekatan kebudayaan yang telah dilakukan oleh Sunan Kudus.

Larangan menyembelih sapi, hal ini Sunan Kudus lakukan sebagai bentuk menghargai apa yang diyakini oleh umat Hindu yang percaya bahwa sapi merupakan hewan suci sehingga dilarang untuk disembelih. Selain itu Sunan Kudus juga membuat menara layaknya candi. Namun, menara tersebut tidak dijadikan sebagai tempat pemakaman raja atau menyembah roh leluhur melain tempat mengumandangkan adzan.

Membuat padasan atau tempat wudhu dengan pancuran berjumlah delapan, hal ini Sunan Kudus lakukan sebagai bentuk upaya melakukan pendekatan terhadap umat Buddha dimana jumlah pancuran tersebut bermakna jalan berlipat delapan atau Sanghika Marga. Selain itu, Sunan Kudus juga memberikan arca kepala kebo gumerang di atas pancuran tersebut.

Menyelenggarakan selamatan mitoni, Sunan Kudus tidak melarang acara selamatan atau mitoni yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun, Sunan Kudus melakukan perubahan dan memasukan nilai-nilai Islam dalam setiap rangkaian acaranya. Misalnya mengubah permohonan doa kepada dewa menjadi kepada Allah, berharap anak tampan seperti Arjuna atau cantik seperti Dewi Ratih dirubah menjadi tampan seperti Nabi Yusuf dan cantik seperti Maria ibu Nabi Isa. Kemudian menjadi acara tersebut sebagai momen bersedekah dengan berbagi makanan.

BACA JUGA:Penghuni 7 Lapis Bumi Berdasarkan Kepercayaan Islam Islam berdasarkan Al-Qur'an

Melalui sejumlah pendekatan tersebut Sunan Kudus berhasil menarik perhatian dan hati masyarakat Jawa tanpa melakukan tindakan atau cara-cara kekerasan dalam menyebarkan dan mengajarkan Islam kepada masyarakat.

Dari sisi keluarganya, Sunan Kudus menikahi Dewi Rukhil, putri Sunan Raden Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang). Dari istrinya itu, Sunan Kudus memiliki seorang anak bernama Amir Hasan.

Setelah beberapa tahun mengabdi dan berdakwah di wilayah Kudus, Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus pun tutup usia, tetapi tahun kematiannya tidak diketahui dengan jelas kepastiannya. (djl)

Bersambung Part Sembilan 

Sumber: