Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula
Cerita rakyat bengkulu--
Selain terkenal sebagai pemimpin pemuda yang jahat, Kaghut terkenal sebagai pemberani dan jago silat. Walaupun petalangan Padang Capo sudah diserang Harimau, namun Kaghut belum menyadari akan kesalahannya. Kaghut tetap melawan dengan rekannya dan ingin terus menyerang Harimau. Suatu hari, Kaghut kembali berburu untuk membunuh Harimau yang menyerang petalangangnya. Kaghut dan beberapa rekannya membawa beberapa senjata dan perlengkapan berburu. Tiba-tiba Kaghut melihat dua ekor Harimau yang sedang berjalan di hutan dan Kaghut pun bersiap melemparkan tombaknya. Namun ada Harimau yang menyadari bahaya tersebut, ia segera menghindar dan segera berbalik arah untuk menyerang Kaghut. Khagut melawan dengan menyerang Harimau menggunakan senjata pedang dan tombak. Terjadilah pertarungan sengit, serang menyerang dan saling menghindar. Pertempuran berlangsung kurang lebih satu jam. Karena Harimau sangat tangguh, akhirnya Kaghut tidak berdaya dan mampu dikalahkan Harimau dan Ia pun terbunuh dalam peristiwa tersebut. Teman Kaghut ada yang mampu menyelamatkan diri dan ada juga yang bernasib sama dengan ketua gengnya.
Setelah kematian Kaghut, ternyata serangan Harimau ke petalangan Padang Capo meredah. Harimau-Harimau tersebut seolah-olah tahu betul bahwa sasaran utama penyerangan mereka sudah tercapai, yaitu membunuh ketua geng yang berperilaku tidak baik. Walau hampir tidak ada lagi serangan dari Harimau, suasana mencekam dan trauma atas kejadian tersebut tetap ada di petalangan Padang Capo. Masyarakat merasa takut pergi ke kebun dan ke luar rumah. Perasaan sedih dan takut masih menghantui. Sedih karena teman dan keluarga banyak yang menjadi korban keganasan Harimau. Takut kalau-kalau Harimau tersebut kembali menyerang warga.
Beberapa pemuka masyarakat dan Pasirah Mustafa berembuk, mereka memikirkan bagaimana untuk kebaikan warga pasca serangan Harimau. Akhirnya mereka sepakat sebaiknya pindah saja dari tanah kelahiran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak tahan memendam rasa sedih, takut, dan trauma berkepanjangan. Banyak yang setuju, tapi ada juga yang tetap ingin tinggal di tanah kelahiran karena merasa sayang meninggalkan rumah dan tanah pertanian. Perpindahan yang direncanakan pun belum tentu ke mana tujuannya.
Di tengah keraguan tersebut, akhirnya Pasirah Mustafa memutuskan bahwa yang berkeinginan pindah diperbolehkan dan nanti akan dipimpin dirinya. Warga yang ingin pindah mempersiapkan diri dan perbekalan untuk berangkat. Warga masyarakat petalangan Padang Capo pindah dari kampungnya secara besar-besaran. Perpindahan ini juga diikuti beberapa masyarakat yang dulunya tidak ikut membunuh anak Harimau karena ada kaitan secara kekeluargaan.
Pasirah Mustapa juga pindah ikut rombongan karena Ia merasa bertanggung jawab sebagai pemimpin warga. Pasirah tetap memberikan arahan dan semangat warga agar tidak putus asa dengan kejadian luar biasa yang menimpa Petalangannya. Untuk memimpin warga Petalangan Padang Capo yang tinggal, Pasirah Mustafa menunjuk Ujang anaknya.
Kepergian sebagian besar masyarakat ini sangat menyedihkan di antara kedua bela pihak yang mau pindah atau yang masih tetap tinggal. Penduduk yang ingin pindah pun berangkat hanya mengikuti langkah kaki belum tahu tujuan yang jelas, apalagi harus berpisah dengan Ujang dan beberapa warga yang terkenal baik lainnya. Sedangkan yang ditinggalkan sedih karena akan berpisah dengan saudaranya dalam waktu yang lama atau bahkan bisa jadi berpisah selama-lamanya.
Ujang harus berpisah dengan ayahnya Pasirah Mustafa. Selama ini, ia belum pernah berpisah dengan ayahnya. Meskipun berpisah, namun ayahnya merasa yakin dengan kepribadian dan bekal yang dimiliki Ujang. Ujang sudah menjadi pribadi yang baik dan siap untuk hidup dan bermasyarakat dimanapun.
Ujang sangat sedih dengan perpindahan warga petalangannya. Selain berpisah dengan Ayah tercinta dan warga petalangannya, Ia juga berpisah dengan wanita pujaan hatinya Idut. Idut pindah ikut ayah dan ibunya serta keluarga besarnya. Berat memang bagi Ujang dan Idut untuk berpisah. Berpesanlah Idut pada Ujang, “Dang Ujang walaupun kita dipisahkan oleh jarak, namun kalau Tuhan menghendaki kita berjodoh pasti akan ketemu juga”. Dengan rasa sedih Ujang pun merelakan kepergian Idut, “Ding Idut, pergilah bersama orang tuamu, jaga dirimu baik-baik, jangan lupa terus berbuat baik, selalu beribadah, dan semoga Tuhan selalu mendengar doa-doa kita”.
Sumber: