Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula

  Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula

Cerita rakyat bengkulu--

Pasirah Mustafa memiliki dua anak laki-laki yang bernama Ujang dan  Kaghut. Si bungsu Ujang merupakan seorang pemuda yang taat beragama dan berperilaku baik. Ia selalu menunaikan ibadah sholat 5 waktu di langgar yang tidak jauh dari rumahnya. Ia merupakan seorang pemuda yang berbudi pekerti luhur, suka menolong, sosial tinggi, cinta lingkungan, dan sangat ramah jika bertemu dengan sesama. Ia juga sangat sayang dan bersahabat dengan binatang yang ada di hutan, termasuk Harimau Sumatera. Ujang suka memberi makan binatang-binatang di hutan dengan umbi-umbian yang ia miliki atau sisa-sisa makanan yang ada.

 

Ujang dikenal sebagai pemuda yang cerdas. Walaupun belum ada sekolah formal, ia sudah menunjukkan tentang pentingnya menuntut dan mengajarkan ilmu. Setiap selesai magrib di malam hari, Ia belajar ilmu agama di rumah pemuka agama dan setiap sore ia mengajarkan ilmu yang didapat kepada anak-anak dan pemuda Padang Capo secara sukarela. Berkat kerja keras dan kegigihannya, banyak anak-anak dan pemuda yang mengerti dan menjalankan ilmu agama di Padang Capo.

 

Ujang juga mempunyai jiwa seni. Ia pandai bergaul dan bisa berpantun. Ditambah lagi ia mewarisi bakat kepemimpinan dari ayahnya dan ilmu pengobatan dari kakeknya. Lengkaplah sudah potensi yang dimiliki Ujang, ia disenangi semua kalangan dan usia.

 

Sementara kakaknya Kaghut  berbeda 180 derajat dengan Ujang. Kaghut tumbuh menjadi pemuda yang berjiwa kasar, tidak peduli dengan lingkungan, dan suka membuat kegaduhan di lingkungannya. Kaghut juga suka merusak hutan dan membunuh hewan, tak terkecuali Harimau pun dibunuhnya. Pengaruh lingkungan yang tidak baik mengubah perilaku Kaghut berbeda dengan Ujang.

 

Ujang dan Pasirah Mustafa sudah sering memperingatkan Kaghut untuk rajin belajar dan beribadah, namun nasehat tersebut tidak pernah diindahkannya. “Nak, pelajarilah ilmu agama dan tinggalkanlah perbuatan yang tidak baik, agar menjadi manusia yang selamat dunia akhirat”, kata Ayahnya. Bukannya mengikuti nasehat tersebut, tapi Kaghut menjawab, ” Tak usahlah ayah mengatur orang, aku bisa menyelamatkan diri sendiri”. Nasehat orang tua dianggap angin lalu saja, tidak pernah dihiraukan.

 

Karena badannya yang besar dan gagah, Kaghut menjadi ketua geng kelompok pemuda yang suka merusak dan berkelahi di lingkungannya. Untuk melengkapi kehebatannya sebagai ketua geng, Kaghut mempelajari ilmu bela diri. Kaghut bahkan sering berguru dengan dukun-dukun yang memegang ilmu hitam. Jadilah Kaghut pemuda yang merasa hebat sendiri ditambah lagi dengan dukungan pemuda-pemuda di gengnya. Setiap hari kerjanya membuat keributan dan mengganggu orang lain. Semakin jauhlah kehidupan Kaghut dari nilai-nilai agama.

 

BACA JUGA:Lepas Jilbab, Rambut Zara Anak Ridwan Kamil Pirang! Cuek Saja

 

Petalangan Padang Capo terdiri dari masyarakat yang beraneka ragam tingkah laku. Masyarakat di Petalangan ini semakin ramai, hingga bermacam tingkah laku muncul di sana, ada yang berperilaku baik seperti Ujang dan ada juga yang berperilaku tidak baik seperti Kaghut.

Sumber: