Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula

  Cerita Rakyat Bengkulu, Budaya Sekunjang. Asal Mula

Cerita rakyat bengkulu--

 

Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah rombongan warga petalangan Padang Capo meninggalkan tempat kelahiran mereka. Mereka berjalan ke arah Selatan, namun tidak tahu tujuan yang jelas. Perpindahan ini terjadi hanya dalam waktu 1 hari saja. Masyarakat pergi di bawah pimpinan Pasirah Mustafa.

 

Setelah kepergian warga petalangan Padang capo, tinggallah beberapa orang saja. Akhirnya, Ujang sebagai pemimpin memulai hidup baru dengan kondisi pertalangan yang sepi. Namun dalam dirinya Ujang mempunyai keinginan suatu saat nanti ia bisa mencari dan menemukan kembali orang sepetalangan dengannya.

 

Ujang hidup di Petalangan yang jauh dari keramaian. Ujang juga terpisah dengan teman-teman sepermainannya yang sudah pergi. Kehidupan Ujang sangat tergantung dari alam. Untuk sekedar makan, Ujang mencari makanan di hutan berupa buah-buahan atau umbi-umbian. Kehidupan seperti inilah yang dilalui Ujang hingga hampir satu tahun. Namun Ujang tetap tabah dan selalu beribadah kepada Allah. Ia tetap menjadi pemuda yang baik dan bersahabat dengan lingkungan. Karena kebaikannya Ujang terlindungi dari bahaya termasuk dari serangan Harimau.

 

Suatu ketika saat bulan Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri, Ujang sangat merindukan kebersamaan dengan saudara-saudaranya yang berpisah dulu. Ia ingin sahur, takbiran, dan lebaran bersama lagi. Terlebih Ujang sangat merindukan ayahnya. Ia berusaha lebaran tahun ini juga akan mencari saudara-saudaranya dan ingin bertemu lagi.

 

Kerinduan Ujang juga dengan wanita pujaannya Idut. Ujang tidak pernah mendapatkan kabar tentang Idut karena tidak ada sarana transportasi dan komunikasi. Ingin rasanya Ujang menanyakan kabar, tapi melalui siapa pesan tersebut disampaikan. Ingin rasanya Ujang berpantun mengungkapkan rasa simpati, tapi berteriak pun pesannya tidak akan sampai. Bertambahlah rasa rindu Ujang dan ingin segera menyusul.

 

Ujang merencanakan untuk menyusul ayah, Idut dan saudara-saudaranya. Walau tidak tahu di mana mereka berada, Ujang tetap nekat ingin bertemu. Perjalanan yang akan ditempuh pun sulit ditebak karena memang tanpa arah. Selain itu juga Ujang tidak mempunyai perbekalan makanan untuk melakukan perjalanan yang belum tahu berapa lama perjalanan mencari saudara-saudaranya.

 

Suatu ketika berembuklah Ujang dengan kerabatnya untuk pergi mencari saudara-saudaranya yang berpisah dulu. Saat pagi Ramadhan yang ke-28, Ujang dan sembilan kerabatnya melakukan perjalanan ke arah Selatan. Dalam perjalanan, ia terus menelusuri gunung, lembah, dan hutan belantara tanpa kenal menyerah. Perjalanan terus ditempuh walau perut terasa sangat lapar. Saat Magrib, Ujang hanya berbuka dengan minum air sungai yang ditemui di perjalanan.

 

Sumber: