Keteladanan Pengorbanan dan Keikhlasan Kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.
Radarseluma.disway.id - Keteladanan Pengorbanan dan Keikhlasan Kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. --
Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Ash-Shaffat: 107)
Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya ibadah qurban, yang kita rayakan setiap tahun pada hari-hari Idul Adha. Qurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi menyembelih ego, nafsu, dan rasa cinta dunia yang melebihi cinta kepada Allah.
BACA JUGA:Spirit Pengorbanan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Nilai-nilai yang Dapat Diambil dari Kisah Ibrahim dan Ismail
1. Keikhlasan dalam Ibadah
Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah bukan karena pamrih duniawi, tetapi karena keikhlasan semata. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(Al-An’am: 162)
2. Ketaatan Tanpa Tapi
Ketaatan Nabi Ismail kepada ayahnya menunjukkan bahwa seorang anak wajib taat kepada orang tua, selama tidak bertentangan dengan syariat. Ia tidak membantah, tidak bernegosiasi, tetapi langsung menerima dengan sabar.
3. Pengorbanan Sejati
Pengorbanan bukan hanya soal materi, tetapi kesiapan mengorbankan keinginan pribadi demi keridaan Allah. Maka hendaknya kita meneladani semangat pengorbanan ini dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ujian adalah Bukti Cinta Allah
Nabi SAW bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُم
Artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka.” (HR. Tirmidzi, no. 2396)
Maka ujian yang dialami Nabi Ibrahim dan Ismail adalah tanda bahwa mereka kekasih Allah, dan dari mereka kita belajar makna cinta sejati kepada Sang Pencipta.
Tanggung Jawab Kita di Hari Raya Qurban
Jama’ah Idul Adha yang berbahagia,
Hari raya ini bukan hanya hari makan daging dan berpakaian bagus. Ini adalah hari kita memperbarui keimanan dan komitmen kepada Allah SWT. Siapa di antara kita yang mampu mengorbankan harta terbaiknya untuk jalan Allah? Siapa yang siap meninggalkan kemaksiatan sebagai bentuk qurban diri?
Allah tidak melihat penampilan, tetapi keikhlasan hati:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”
Maka, mari kita jadikan ibadah qurban ini sebagai momentum memperbaiki diri, memperkuat keimanan, memperdalam penghambaan kepada Allah, dan memperbanyak amal saleh. (Al-Hajj: 37)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, kita belajar bahwa pengorbanan yang tulus dan keikhlasan yang hakiki adalah bukti cinta kepada Allah. Idul Adha bukan hanya tentang daging kurban, tetapi tentang hati yang tunduk dan jiwa yang berserah diri kepada-Nya.
Mari kita jadikan momen Idul Adha 1446 H ini sebagai titik balik. Tinggalkan ego, buang sifat tamak, bangun ukhuwah, dan tebarkan kebaikan. Semoga Allah menerima amal qurban kita, memperbaiki hidup kita, dan meneguhkan kita di jalan-Nya hingga akhir hayat.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا، وَاغْفِرْ لَنَا، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ، وَمِنَ الَّذِينَ اسْتَمَعُوا الْقَوْلَ فَاتَّبَعُوا أَحْسَنَهُ.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله العظيم لي ولكم، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم.
Demikianlah penjelasan tentang Keteladanan Pengorbanan dan Keikhlasan Kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS semoga mengapresiasi kita untuk senantiasa menjaga keistiqamahan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT dan menjadikan qurban sebagai simbol pengembelin kesombongan sehingga menjadikan kita sadar sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. (djl)
Sumber: