Rasulullah SAW tidak memihak salah satu kelompok. Beliau selalu memuliakan keduanya. Saat perang Hunain, beliau menenangkan hati kaum Anshar yang merasa terabaikan, dengan sabda yang mengharukan:
“Wahai kaum Anshar, apakah kalian tidak rela jika orang-orang kembali dengan membawa unta dan kambing, sementara kalian kembali membawa Rasulullah ke rumah kalian?”
Mendengar itu, air mata kaum Anshar pun menetes, dan mereka menjawab, “Kami ridha, wahai Rasulullah.”
Kisah kasih sayang RasulullahSAW kepada kaum Anshar dan Muhajirin adalah contoh sempurna bagaimana Islam menanamkan nilai kemanusiaan, cinta, dan persaudaraan sejati. Dalam bimbingan Rasulullah SAW, dua kelompok dengan latar belakang berbeda dapat bersatu dalam iman, saling mencintai, dan saling menolong tanpa pamrih.
Ukhuwah Islamiyah yang mereka bangun menjadi pondasi kokoh bagi terbentuknya peradaban Islam yang agung. Nilai-nilai ini seharusnya menjadi teladan bagi umat Islam masa kini—bahwa cinta karena Allah, tolong-menolong, dan saling menghormati adalah kunci bagi persatuan umat.
Cinta Rasulullah SAW kepada kaum Anshar dan Muhajirin adalah cerminan dari kasih sayang beliau kepada seluruh umatnya. Beliau tidak hanya mengajarkan iman, tetapi juga menanamkan nilai kemanusiaan dan kebersamaan.
Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk meneladani semangat ukhuwah, menghapus perpecahan, dan memperkuat persaudaraan Islam di tengah kehidupan modern yang penuh tantangan. (djl)