Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa persaudaraan dalam Islam bukan sekadar ucapan, tetapi dibangun atas dasar cinta, keikhlasan, dan saling menghormati. Rasulullah SAW berhasil menanamkan nilai-nilai sosial yang tinggi, hingga kaum Muslimin hidup dalam harmoni dan saling menolong tanpa pamrih.
Dalil Al-Qur’an tentang Persaudaraan Anshar dan Muhajirin
Allah SWT memuji kaum Anshar dengan firman-Nya:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka, mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Mereka tidak menaruh keinginan dalam hati terhadap apa yang diberikan kepada orang-orang Muhajirin, dan mereka mengutamakan (saudara-saudara seiman) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka membutuhkan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Ayat ini menggambarkan betapa murninya cinta kaum Anshar. Mereka tidak iri kepada kaum Muhajirin yang mendapat bagian harta rampasan perang, bahkan mereka lebih mendahulukan saudaranya daripada diri sendiri.
Rasulullah SAW menegaskan prinsip tersebut dalam sabdanya:
"لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ"
Artinya:
“Tidaklah seseorang di antara kalian beriman dengan sempurna hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa cinta dan kasih sayang antar sesama mukmin merupakan landasan utama bagi keberlangsungan masyarakat Islam.
Pelajaran dari Persaudaraan Anshar dan Muhajirin
Kisah kasih sayang Rasulullah
1.Cinta karena Allah lebih kuat dari hubungan darah.
Persaudaraan Anshar dan Muhajirin bukan karena keturunan atau suku, melainkan karena keimanan. Inilah bentuk ukhuwah Islamiyah yang sejati.
2.Saling menolong dan berbagi rezeki.
Kaum Anshar tidak hanya menyambut Muhajirin, tetapi juga berbagi tempat tinggal, pekerjaan, bahkan harta mereka. Ini menunjukkan betapa tinggi nilai solidaritas dalam Islam.
3.Pemimpin yang menebarkan kasih sayang.