Hidup Adalah Penghambatan Diri Kepada Allah SWT Hingga Akhir Hayat

Hidup Adalah Penghambatan Diri Kepada Allah SWT Hingga Akhir Hayat

Kajian Islam. Allah menciptakan Jin dan Manusia hanya untuk menyebahnya--

Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Mungkin sering timbul sebuah pertanyaan di dalam pikiran kita semua sampai kapan kita akan terus beribadah seperti hal Sholat, Puasa, Zakat, Sedekah dan lainnya kepada Allah SWT..??
Tentu jawabannya hingga akhir hayat kita hingga napas di tenggorokan sampai Jasad dan Ruh berpisah.
Sebab Allah menciptakan Jin dan Manusia di muka Bumi tidak lain yaitu agar menyembah Allah SWT.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Az-zariyat ayat 56 yang berbunyi: 
 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ۝٥
 
Artinya:
“Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
 
 
Maka jika ayat ini kita masukkan ke dalam hati sanubari kita maka kita tidak akan rasa malas, berat dan lalai dalam melaksanakan segala perintah Allah SWT tersebut, ketika kita menyadari bahwa Allah SWT yang menciptakan diri kita maka kita akan melaksanakan perjanjian kita kepada Allah SWT saat sebelum kita lahir ke muka Bumi ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raf ayat 172-173 yang berbunyi:
 
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ  
اَوْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اَشْرَكَ اٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ 
 
Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.' (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, 'Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,' atau agar kamu (tidak) mengatakan, 'Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan (Tuhan) sejak dahulu, sedangkan kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka, apakah Engkau akan menyiksa kami karena perbuatan para pelaku kebatilan?' (QS Al-A'raf 172-173)
 
 
Semoga Ramadhan ini, benar-benar menempa diri kita untuk menjadi hamba yang ikhlas seutuhnya dalam melaksanakan segala perintah Allah yg telah termaktub di dalam Al-Quran dan Hadits Rasulullah.
 
Menyadarkan diri kita bahwa Allah SWT telah memberikan kelebihan akal dan pikiran yang membedakan kita dengan makhluk Allah yg lainnya. 
Apabila kita menggunakan akal dan pikiran tersebut dalam rangka mencari ridho Allah SWT maka itulah sebab kita menjadi mulia di hadapan-Nya. Sebaliknya apabila kita menuruti hawa nafsu kita maka jadilah kita makhluk yang hina di hadapan Allah SWT dan siksa yang pedih menanti kita di Akhirat sana.
 
Sebuah kata-kata indah dari Buya Hamka ulama besar dari tanah Minang Kabau mengatakan:
 
“Kalau hidup sekedar hidup, Babi di hutan pun hidup. 
Kalau bekerja sekedar bekerja, Kerbau di sawah juga bekerja”
 
 
Semoga kata-kata ini dapat melecut kita agar kita berpikir bahwa hidup di dunia ini hanyalah perjalanan singkat, waktu yang kita habiskan untuk mengejar dunia, siang malam banting tulang peras keringat demi mengumpulkan harta benda yang nanti akan kita tinggalkan. Maka jika kita inginkan harta benda yang kita kumpulkan, atau pekerjaan yang menjadi rutinitas kita setiap hari bernilai pahala dihadapan Allah. 
Maka niatkan semua itu demi mencari ridho-Nya Allah SWT semata-mata.
 
Apakah kita tidak boleh mencari dan mengumpulkan harta dunia?
tentunya boleh, silahkan saja bekerja, berniaga dan mencari harta di dunia ini. 
Tapi ketika datang panggilan azan, penuhi panggilan-Nya. 
Ketika sampai nisab Zakat keluarkan zakatnya. 
Ketika datang bulan suci Ramadhan laksanakan perintah untuk berpuasa dan begitu seterusnya. 
 
Yang dilarang adalah ketika semua pekerjaan dan perniagaan dunia itu menjadikan kita lalai dari mengingat Allah SAW, jadikan harta sebagai alat dan pendukung kita untuk beribadah ibadah, bagaimana dengan harta itu kita bisa laksanakan haji, bisa berzakat, bersedekah, dan sebagainya. 
Ini semuanya adalah harta yang kita gunakan untuk mendukung ta’abbud kepada Allah,”
 
Bagaimana Islam memandang harta dan kepemilikan terhadap sesuatu?
Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. 
Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia.
 
Bulan suci Ramadhan memiliki makna penting sebagai bulan yang mengajarkan kesalehan individual dan kesalehan sosial, melalui bulan suci Ramadhan ini dapat mengantarkan umat Muslim menuju peningkatan derajat kesalehan secara paripurna sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi artinya:
 
"bahwa belum sempurna keimanan seseorang jika belum mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri"
 
 
Semoga Ramadhan ini menjadikan kita pribadi-pribadi yang semakin taat dan menyadarkan kita bahwa penghambaan kepada Allah SWT tidak akan berhenti sampai kita kembali Kepada-nya
 
Jangan biarkan hari berlalu tanpa ada kebaikan yang kita lakukan
Semoga Allah senantiasa merahmati kita di bulan mulia ini dan kita benar-benar menjadikan bulan suci Ramadhan ini sebagai sarana penghambaan yang semakin menguatkan iman dan taqwa kita, Sebaliknya jika sekelas Ramadhan ini saja tidak mampu merubah mu menjadi lebih baik dan taat, maka tangisi lah dirimu dalam penyesalan yang berkepanjangan kelak di akhirat yang tiada arti lagi. Maka ayo Manfaatkan sisa Ramadhan ini untuk kita memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik sehingga usai Ramadhan ini ada dampak positif bagi diri kita menjadi jauh lebih baik. (djl) 
 

Sumber: