Tais, Buah Asam Yang Dimakan Raja

Tais, Buah Asam Yang Dimakan Raja

Alun alun kota Tais--

Kelurahan Pasar Tais saat ini terus dibenahi sebagai pusat Kabupaten Seluma. Menurut sejarah awal mula nama Tais diambil dari nama pohon buah-buahan yang tumbuh di wilayah ini. Bukan penduduk pribumi yang memberi nama ini, melainkan kelompok kerajaan yang datang ke wilayah tersebut. Kali ini Radar Seluma akan membahas sejarah tentang Kelurahan Pasar Tais. Berikut Laporannya:

ANDRY DINATA - Pasar Tais

Kelurahan Pasar Tais, Kecamatan Seluma merupakan suatu wilayah yang berada di dalam Kabupaten Seluma. Di era Bupati Seluma Erwin Octavian, SE Tais terus dibenahi sebagai pusat kota. Tidak hanya jalan yang sudah dibangun. Pemerintah daerah saat ini tengah membangun alun-alun Tais. Dan ke depan akan dibangun juga trotoar dan lampu jalan. Harapannya Tais tidak kalah dengan pusat kota di daerah lainnya.
Di balik geliat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Tais diperkirakan berdiri pada abad ke-15. Dikisahkan saat itu kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Sungai Terap Negeri Minangkabau. Melakukan perjalanan ke sejumlah wilayah di Sumatera Selatan. Tujuan perjalanan ini adalah untuk menggali potensi termasuk rempah dan lainnya. Diriwayatkan kerajaan Pagaruyung menugas Maha Raja Sakti untuk menuju ke wilayah Kerajaan Bangkuhulu. Raja Pagaruyung yang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya, berharap dalam penjajakan potensi ini dapat memberikan manfaat.
Selanjutnya tibalah rombongan Maha Raja Sakti ini di suatu wilayah yang berada di dalam Bengkulu. Setibanya, rombongan berbincang dengan masyarakat Talang Bunga Mas yang berkebun di sana. Di lokasi ini sudah ada beberapa pondok tempat tinggal masyarakat. "Terbentuknya diperkirakan pada abad ke-15. Jadi di Pagaruyung itu ada raja yang bernama Cawarman. Dia ini hendak menggali potensi yang ada di Sumatera. Jadi diutuslah Maha Raja Sakti ke arah Selatan," kata H Bustan A Dali penulis buku- buku sejarah Serawai.
Setelah beramah tamah dan berbincang dengan masyarakat yang tinggal di talang tersebut. Buah yang mirip dengan buah bacang (macang), tetapi lebih besar ukurannya. Lalu buah itu diambil oleh Maha Raja Sakti dan dimakan. Setelah dimakan rasanya asam. "Jadi ditanya dengan penduduk di sana buah apa ini namanya. Katanya buah Tais," ceritanya. Atas kejadian itulah selanjutnya Maha Raja Sakti mengusulkan agar wilayah itu dinamai Tais, sesuai dengan nama buah yang dimakan itu. "Nama buahnya sebenarnya Tayas, namun karena saat Maha Raja Sakti bertanya dengan penduduk yang ada di sana namanya Tais, maka disebutlah Tais," urainya. Setelah itu seiring waktu berjalan dan hingga saat ini nama pemberian Maha Raja Sakti tersebut masih melekat dan saat ini sudah menjadi Kelurahan Pasar Tais.(**/prw)

 

Sumber: