Membiasakan Diri untuk Menumbuhkan Sifat Tawadhu dalam Diri

Membiasakan Diri untuk Menumbuhkan Sifat Tawadhu dalam Diri

Radarseluma.disway.id - Membiasakan Diri untuk Menumbuhkan Sifat Tawadhu dalam Diri--

Rasulullah SAW adalah contoh paling sempurna dalam akhlak tawadhu. Meskipun beliau adalah manusia paling mulia, paling dekat dengan Allah, pemimpin umat, dan kekasih-Nya, beliau tetap hidup dengan penuh kesederhanaan. Beliau tidak pernah merasa lebih tinggi dari orang lain, bahkan melayani sendiri kebutuhan rumah tangga, duduk bersama orang miskin, dan tidak membedakan siapa pun dalam majelisnya.

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan merasa gemetar karena wibawanya. Maka Rasulullah SAW berkata:

"هَوِّنْ عَلَيْكَ، فَإِنِّي لَسْتُ بِمَلِكٍ، إِنَّمَا أَنَا ابْنُ امْرَأَةٍ كَانَتْ تَأْكُلُ الْقَدِيدَ"

Artinya: “Tenanglah, aku bukanlah raja. Aku hanyalah anak dari seorang wanita yang makan daging kering.” (HR. Ibn Majah, no. 3312)

Ungkapan ini menggambarkan betapa Rasulullah ﷺ tidak ingin diagungkan secara berlebihan dan selalu menunjukkan ketawadhuan dalam tutur kata dan perbuatan.

Cara Menumbuhkan dan Membiasakan Diri Tawadhu

Menumbuhkan sifat tawadhu tidak bisa instan, melainkan melalui latihan dan kesadaran terus-menerus. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan:

1. Menyadari Hakikat Diri

Manusia hanyalah makhluk yang lemah, berasal dari tanah, dan akan kembali ke tanah. Kesadaran ini akan memudahkan hati untuk tidak sombong atas apa yang dimiliki.

2. Menghindari Perbandingan Sosial Berlebihan

Jangan terlalu membandingkan diri dengan orang lain dalam hal duniawi. Tawadhu tumbuh dari rasa syukur dan menerima bahwa setiap orang punya ujian dan kelebihan masing-masing.

3. Berinteraksi dengan Semua Kalangan

Jangan hanya bergaul dengan orang-orang selevel atau lebih tinggi. Berinteraksilah dengan orang miskin, anak yatim, atau kelompok marjinal. Ini akan melatih kepekaan sosial dan meruntuhkan keangkuhan.

4. Menghindari Pujian Berlebihan

Tidak semua pujian baik untuk hati. Pujian yang berlebihan bisa membuat hati tinggi. Oleh karena itu, lebih baik mencari penilaian dari Allah, bukan dari manusia.

5. Banyak Mengingat Akhirat dan Kematian

Sumber:

Berita Terkait