Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka, Langkah Pertama Jadi PSK: "Menari di Tengah Luka" Bagian Dua

Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka, Langkah Pertama Jadi PSK:

Radarseluma.disway.id - Kisah Nyata: Saat Cinta Membawa Luka, Langkah Pertama Jadi PSK: "Menari di Tengah Luka" Bagian Dua--

Reporter: Juli Irawan 
 
Radarseluma.disway.id - Dalam hidup, setiap pilihan membawa konsekuensi. Ada yang membawa bahagia, ada pula yang justru menuntun ke jurang kelam. Kisah ini bukan semata fiksi, melainkan refleksi dari banyak realita yang terjadi di sekitar kita—tentang cinta yang salah arah, pengkhianatan, dan keberanian untuk kembali menata hidup. Melalui kisah Rania, mari kita menyelami luka seorang perempuan yang jatuh karena cinta, namun memilih bangkit karena kesadaran dan harapan. Bacalah dengan hati.

Langit malam masih sama gelapnya seperti kemarin, tapi hati Rania kini jauh lebih kelam. Sejak malam itu, saat pintu kamar hotel tertutup rapat di belakangnya, ia tahu: tidak ada jalan kembali yang benar-benar utuh. Bukan tubuhnya yang paling hancur malam itu, tapi jiwanya. Harga diri yang selama ini dijaga rapat oleh didikan ibunya, luluh lantak oleh pilihan yang dipaksakan oleh cinta.

Ia pulang ke kos dengan langkah gontai. Arga menyambutnya dengan senyum tipis dan selembar uang ratusan ribu yang dilipat rapi. “Kamu hebat, Ran. Kita bisa lewatin ini bareng. Aku janji, ini nggak akan lama,” katanya sambil membelai rambut Rania.

Tapi janji tinggal janji. Esoknya, Arga kembali menyodorkan nama lain, kamar lain, dan bayaran yang lebih besar. Dan seperti perempuan yang sudah kehilangan kendali atas hidupnya, Rania diam. Ia tak lagi bertanya, hanya mengikuti.

Baca: 

Hari-hari berganti, dan Rania mulai terbiasa memainkan dua wajah. Di pagi hari ia masih menyapa tetangga kos dengan senyum kecil, sesekali menyambung obrolan ringan di warung depan gang. Tapi malam hari, ia berubah menjadi sosok asing bahkan bagi dirinya sendiri—berpakaian mencolok, wajah penuh riasan, dan langkah yang penuh beban.

Tiap malam ia merasa seperti menari di tengah luka. Di luar, ia terlihat kuat dan tegar. Tapi di dalam, jiwanya terus menjerit minta pulang. Sayangnya, entah ke mana lagi ia bisa pulang. Orang tuanya mungkin sudah mencari, mungkin sudah menganggapnya mati. Dan Arga—satu-satunya orang yang ia pikir akan melindungi—ternyata adalah sosok yang paling menyakitinya.

Pernah suatu malam, Rania berkata dengan lirih, “Aku capek, Ga. Aku pengen berhenti.”

Arga menatapnya lama. “Berhenti? Kita belum cukup punya uang buat mulai hidup baru. Aku juga lagi cari kerja, sabar dulu ya, Ran. Demi kita...”

Kata-kata itu selalu jadi tameng. Demi "kita". Tapi Rania mulai sadar, tidak ada "kita" lagi sejak tubuhnya dijual demi kebutuhan mereka. Arga tidak lagi menjadi kekasih. Ia lebih menyerupai sutradara yang mengatur peran-peran menjijikkan yang harus Rania lakoni.

BACA JUGA:Gadis Pinggiran Kota: Kisah Awal Terjerumus Dunia Malam Part Satu

Yang lebih menyakitkan adalah ketika Rania tahu, Arga ternyata menyimpan hubungan dengan wanita lain—salah satu 'teman' dari jaringan gelap yang mengenalkannya pada dunia itu. Saat ia memergoki mereka berdua di kamar kos yang sama, hatinya remuk. Dunia yang semula ia bela dengan seluruh hidupnya, kini menunjukkan wajah aslinya: pengkhianatan.

Rania hanya berdiri di ambang pintu, tubuhnya menggigil, dan air mata menetes tanpa bisa ditahan. Arga tampak tak bersalah. “Kamu pikir aku bisa terus tunggu kamu pulang dari hotel sambil diam-diam tahan nafsu? Aku juga butuh,” katanya dengan enteng.

BACA JUGA:Kisah Nyata Gadis Pinggiran Kota: Bayang-Bayang Dosa dan Cahaya Penyesalan (Part Dua)

Malam itu Rania pergi tanpa arah. Ia berjalan tanpa tahu tujuan, hanya ingin menjauh sejauh mungkin dari semua yang menyakitkan. Ia duduk di trotoar, menyeka air mata dengan lengan bajunya yang tipis. Di sekelilingnya, kota tetap hidup: kendaraan melintas, lampu-lampu menyala, tawa-tawa terdengar dari tempat hiburan malam. Tapi baginya, semuanya mati. Tak ada yang benar-benar hidup di dunia yang seperti ini.

Sumber:

Berita Terkait