Kisah Jenderal Muslim Khalid bin Al-Walid: Sang Pedang Allah yang Tak Pernah Tumpul

Minggu 27-07-2025,14:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Sejarah Islam dipenuhi oleh sosok-sosok besar yang mencatatkan prestasi luar biasa dalam membela dan menyebarkan agama Allah SWT. Salah satu nama yang paling bersinar di antara para panglima dan jenderal muslim adalah Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah RA, yang dikenal dengan julukan "Saifullah al-Maslul", atau "Pedang Allah yang Terhunus". Julukan ini bukan sembarang gelar, melainkan anugerah langsung dari Rasulullah SAW atas keberanian, kecerdasan, dan keteguhan hatinya dalam medan jihad.

Khalid bin Al-Walid adalah seorang jenderal yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam perang. Dari Perang Mu’tah, Yamamah, Ajnadin, hingga Yarmuk, namanya selalu tercatat sebagai simbol kemenangan dan strategi militer yang jenius. Artikel ini akan mengupas perjalanan hidup, keimanan, serta kontribusinya terhadap dakwah Islam, dilengkapi dengan dalil Al-Qur’an dan hadits.

Latar Belakang dan Keislaman Khalid bin Al-Walid

Khalid berasal dari Bani Makhzum, salah satu kabilah terhormat di Quraisy yang dikenal sebagai pejuang tangguh. Ia tumbuh sebagai prajurit yang kuat dan pemberani, bahkan sebelum memeluk Islam. Namun, pada awalnya, Khalid termasuk di antara kaum Quraisy yang memusuhi dakwah Rasulullah SAW dan turut serta dalam Perang Uhud melawan kaum Muslimin.

Keislamannya terjadi setelah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Khalid merenung dan melihat pertumbuhan Islam yang luar biasa. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Demi Allah, sesungguhnya ia (Muhammad) pasti akan menjadi pemenang.” Maka ia pun pergi menuju Madinah dan memeluk Islam dengan tulus. Rasulullah SAW menyambutnya dengan sabda:

جَاءَكُمْ خَالِدٌ مَا مِثْلُهُ يَجْهَلُ الإِسْلاَمَ، فَاسْتَقْبِلُوهُ فِي أَخْبَرِ مَا جَاءَ بِهِ

Artinya: "Telah datang kepada kalian Khalid. Tidaklah orang seperti dia tidak mengenal Islam. Sambutlah dia dengan sebaik-baiknya." (HR. Ahmad)

Sejak saat itu, Khalid menjadi ujung tombak perjuangan Islam.

BACA JUGA:Kisah Jenderal Muslim Muhammad Al-Fatih: Sang Penakluk Konstantinopel, Pemuda Visioner dalam Cahaya Nubuwah

Julukan “Pedang Allah” dari Rasulullah SAW

Julukan “Saifullah al-Maslul” diberikan langsung oleh Rasulullah SAW saat Perang Mu’tah. Dalam perang tersebut, tiga panglima utama kaum Muslimin gugur: Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Khalid kemudian memegang panji dan memimpin pasukan dengan strategi brilian yang menyelamatkan kaum Muslimin dari kekalahan total.

Rasulullah SAW bersabda:

نِعْمَ عَبْدُ اللهِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ، سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِ اللهِ سَلَّهُ اللَّهُ عَلَى الْكُفَّارِ

Artinya: “Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Al-Walid. Ia adalah salah satu dari pedang-pedang Allah yang Allah hunuskan melawan kaum kafir.” (HR. Ahmad)

Julukan ini menjadi kehormatan yang tidak diberikan kepada sahabat lain, dan menunjukkan peran strategis Khalid dalam membela Islam.

Kejeniusan Militer dalam Perang

a. Perang Mu’tah Dengan pasukan hanya sekitar 3.000 melawan 200.000 tentara Romawi dan sekutunya, Khalid bin Al-Walid berhasil menyusun taktik mundur strategis tanpa membiarkan pasukan Muslim hancur. Ia melakukan rotasi pasukan seolah-olah bala bantuan datang, hingga musuh gentar.

b. Perang Yamamah Melawan nabi palsu Musailamah al-Kadzdzab, Khalid menunjukkan kegigihan luar biasa. Kemenangan ini sangat menentukan dalam menumpas kemurtadan pasca wafatnya Rasulullah SAW.

c. Perang Yarmuk Ini adalah salah satu kemenangannya yang paling gemilang. Pasukan Romawi yang sangat besar berhasil dikalahkan dengan strategi manuver sayap kiri dan kanan serta jebakan tengah yang mematikan. Perang ini membuka jalan masuknya Islam ke wilayah Syam.

Allah SWT memberikan keutamaan kepada para mujahid yang berjuang di jalan-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: “Allah melebihkan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berjihad) dengan pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 95)

Khalid bin Al-Walid adalah wujud nyata ayat ini, karena ia menghabiskan hidupnya di medan jihad demi menegakkan kalimat tauhid.

BACA JUGA:Kisah Thariq bin Ziyad: Jenderal Muslim Penakluk Andalusia, Peletak Peradaban Islam di Eropa

Akhir Hayat Sang Pedang Allah

Ironisnya, Khalid bin Al-Walid wafat bukan di medan perang, tapi di tempat tidurnya. Dalam penyesalannya ia berkata:

“Aku telah mengikuti puluhan peperangan, dan tidak ada satu jengkal pun dari tubuhku kecuali terdapat luka pedang, tombak, atau panah. Namun aku mati di atas tempat tidurku sebagaimana matinya unta. Maka jangan sampai mata para pengecut tidur nyenyak.”

Ia dimakamkan di Homs (Suriah), dan hingga kini makamnya menjadi tempat yang dihormati.

Khalid bin Al-Walid RA adalah lambang keberanian, keikhlasan, dan kepemimpinan dalam Islam. Julukan “Pedang Allah yang Tak Pernah Tumpul” sangat tepat disematkan padanya karena ia tidak hanya menang dalam perang fisik, tetapi juga menaklukkan hatinya sendiri untuk tunduk sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan kecerdasan militer dan iman yang kukuh, ia mengukir sejarah Islam yang agung dan tak terlupakan.

Dari sosok Khalid bin Al-Walid, kita belajar bahwa keunggulan seorang muslim bukan hanya pada kekuatan fisik, tapi juga pada keteguhan hati, kecerdasan, dan loyalitas terhadap agama. Di zaman modern ini, kita mungkin tidak berada di medan perang fisik, namun medan perjuangan moral, dakwah, dan kontribusi sosial menanti setiap jiwa yang berani seperti Khalid. Jadilah pedang kebenaran di zaman yang penuh kebingungan. (djl).

Kategori :