Muharram dan Perjuangan Mengendalikan Hawa Nafsu: Menyambut Tahun Baru Hijriyah dengan Jiwa yang Suci

Selasa 01-07-2025,14:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan

Radarseluma.disway.id - Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Ia menandai awal tahun dalam kalender Hijriyah dan menjadi momen refleksi bagi umat Islam untuk memperbaiki diri, menguatkan tekad, serta memperbaharui niat dalam mengarungi kehidupan yang penuh ujian. Selain sebagai momentum historis hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah, Muharram juga menjadi kesempatan untuk memperkuat spiritualitas dan mengendalikan hawa nafsu sebagai bagian dari jihad terbesar seorang muslim.

Mengendalikan hawa nafsu bukanlah perkara mudah, namun justru itulah medan perjuangan utama yang harus ditempuh oleh setiap insan beriman. Dalam konteks ini, bulan Muharram membawa pesan penting: kemenangan sejati adalah kemenangan atas diri sendiri. Maka mari kita selami makna bulan Muharram sebagai ladang perjuangan spiritual dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Bulan Muharram: Bulan yang Dimuliakan

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyebut bahwa ada empat bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum), salah satunya adalah bulan Muharram:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu..." (QS. At-Taubah: 36)

Bulan-bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Para ulama menjelaskan bahwa dalam bulan-bulan tersebut, dosa dilipatgandakan dan amal kebaikan pun dilipatgandakan. Maka, bulan Muharram menjadi momen yang tepat untuk menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan, termasuk mengendalikan hawa nafsu yang menjadi sumber dari segala keburukan.

BACA JUGA:Hijrah Akhlak: Menyulam Ucapan Kasar Menjadi Santun, Menuju Masyarakat Madani

Mengendalikan Hawa Nafsu: Jihad Terbesar

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa perjuangan melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling berat dan utama. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر. قيل: وما الجهاد الأكبر؟ قال: جهاد النفس.

Artinya: “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar.” Mereka bertanya: “Apakah jihad yang lebih besar itu?” Beliau menjawab: “Jihad melawan hawa nafsu.” (HR. Al-Bayhaqi)

Hadits ini menunjukkan bahwa musuh terbesar manusia bukanlah orang lain, melainkan dirinya sendiri. Hawa nafsu bisa membawa seseorang pada kesesatan dan menjauhkannya dari jalan Allah jika tidak dikendalikan dengan iman dan takwa.

Puasa di Bulan Muharram: Latihan Menundukkan Nafsu

Kategori :