Manusia Tidak Lagi Mengenal Allah dan Shalat Ditinggalkan: Tanda Kiamat Besar yang Menggetarkan Iman Umat

Manusia Tidak Lagi Mengenal Allah dan Shalat Ditinggalkan: Tanda Kiamat Besar yang Menggetarkan Iman Umat

Radarseluma.disway.id - Manusia Tidak Lagi Mengenal Allah dan Shalat Ditinggalkan: Tanda Kiamat Besar yang Menggetarkan Iman Umat--

Reporter: Juli Irawan | Radarseluma.disway.id - Dalam perjalanan sejarah umat manusia, keimanan kepada Allah SWT dan pelaksanaan shalat selalu menjadi fondasi utama kehidupan seorang muslim. Shalat bukan sekadar ritual ibadah, melainkan tiang agama yang menjaga hubungan hamba dengan Rabb-nya. Namun Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa menjelang akhir zaman, akan datang masa ketika manusia tidak lagi mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, dan shalat ibadah paling agung ditinggalkan secara perlahan bahkan dianggap tidak penting. Fenomena ini bukan sekadar kemunduran moral, tetapi merupakan salah satu tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat yang sangat mengkhawatirkan.
 
Artikel ini menguraikan secara mendalam tentang manusia yang tidak lagi mengenal Allah dan ditinggalkannya shalat sebagai tanda kiamat, dilengkapi dengan dalil Al-Qur’an dan Hadits beserta penjelasannya, sebagai peringatan dan bahan renungan bagi umat Islam.
 
Makna Tidak Mengenal Allah di Akhir Zaman
 
Tidak mengenal Allah bukan berarti manusia sama sekali tidak pernah mendengar nama Allah, melainkan hilangnya makrifatullah—pengenalan yang benar terhadap keagungan, kekuasaan, dan hukum-hukum-Nya. Allah SWT berfirman:
 
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: 
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)
 
Ayat ini menegaskan bahwa melupakan Allah akan berakibat pada rusaknya jati diri manusia. Ketika Allah dilupakan, nilai-nilai kebenaran memudar, dosa dianggap biasa, dan maksiat menjadi budaya. Inilah kondisi yang banyak kita saksikan di akhir zaman: manusia lebih mengenal dunia, teknologi, dan hawa nafsu daripada mengenal Rabb-nya sendiri.
 
Shalat Ditinggalkan: Tanda Kehancuran Iman
 
Shalat adalah pembeda utama antara iman dan kekufuran. Rasulullah SAW bersabda:
 
> الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Artinya: 
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
 
Hadits ini menunjukkan betapa seriusnya perkara meninggalkan shalat. Di akhir zaman, shalat bukan hanya ditinggalkan secara total, tetapi juga diremehkan: ditunda tanpa alasan, dilakukan tanpa kekhusyukan, bahkan dianggap tidak relevan dengan kehidupan modern.
 
Allah SWT telah memperingatkan kondisi ini dalam Al-Qur’an:
 
> فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Artinya: 
“Maka datanglah setelah mereka generasi yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsu, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59)
 
Ayat ini sangat relevan dengan realitas hari ini. Ketika shalat disia-siakan, hawa nafsu menjadi pemimpin hidup, dan kesesatan menjadi konsekuensi yang tak terelakkan.
 
 
Hilangnya Ilmu dan Ulama sebagai Penyebab Utama
 
Salah satu sebab manusia tidak lagi mengenal Allah dan meninggalkan shalat adalah diangkatnya ilmu dan wafatnya para ulama. Rasulullah SAW bersabda:
 
> إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ
Artinya: 
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Ketika ulama sudah tiada dan tidak digantikan dengan generasi yang berilmu dan bertakwa, umat kehilangan teladan. Akibatnya, ibadah hanya tinggal simbol, dan shalat tidak lagi dipahami sebagai kebutuhan ruhani.
 
Shalat Sebagai Ukuran Keselamatan di Akhir Zaman
 
Dalam banyak hadits, Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat:
 
> أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ
Artinya: 
“Amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat.” (HR. Abu Dawud)
 
Jika shalat rusak, maka rusaklah seluruh amalnya. Karena itu, ditinggalkannya shalat secara massal merupakan tanda bahwa manusia telah jauh dari rahmat Allah dan dekat dengan kehancuran.
 
 
Realitas Akhir Zaman: Banyak Muslim, Sedikit yang Shalat
 
Ironisnya, di akhir zaman jumlah kaum muslimin banyak, masjid megah berdiri di mana-mana, namun yang memakmurkannya sedikit. Rasulullah SAW bersabda:
 
> سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَبْقَى مِنَ الْإِسْلَامِ إِلَّا اسْمُهُ
Artinya: 
“Akan datang kepada manusia suatu masa, tidak tersisa dari Islam kecuali namanya saja.” (HR. Al-Baihaqi)
 
Islam hanya menjadi identitas, bukan lagi pedoman hidup. Shalat ditinggalkan, Al-Qur’an jarang dibaca, dan Allah hanya diingat saat kesulitan.
 
Manusia yang tidak lagi mengenal Allah dan meninggalkan shalat merupakan tanda kiamat besar yang sangat jelas dan nyata. Al-Qur’an dan Hadits telah memberikan peringatan keras tentang akibat dari melupakan Allah dan menyia-nyiakan shalat. Kondisi ini bukan sekadar masalah individu, tetapi krisis iman umat secara kolektif.
 
Shalat adalah benteng terakhir keimanan. Ketika shalat runtuh, maka runtuh pula agama. Oleh karena itu, setiap muslim wajib menjadikan shalat sebagai prioritas utama dalam hidupnya, mengenal Allah dengan ilmu dan amal, serta menjaga iman di tengah derasnya fitnah akhir zaman.
 
Artikel ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai peringatan dan muhasabah bagi kita semua. Selama hayat masih dikandung badan, pintu taubat masih terbuka. Mari kembali mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, menjaga shalat lima waktu, dan mendidik keluarga agar tetap berada di jalan-Nya. Semoga Allah SWT menjaga iman kita hingga akhir hayat dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selamat di hari kiamat kelak. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (djl)

Sumber:

Berita Terkait