Tragedi Karbala: Sejarah Pembunuhan Imam Husain Cucu Nabi Muhammad SAW dalam Perspektif Islam

Tragedi Karbala: Sejarah Pembunuhan Imam Husain Cucu Nabi Muhammad SAW dalam Perspektif Islam

Radarseluma.disway.id - Tragedi Karbala: Sejarah Pembunuhan Imam Husain Cucu Nabi Muhammad SAW dalam Perspektif Islam--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id -Perjalanan sejarah Islam tidak hanya diwarnai dengan kemenangan dakwah dan kejayaan peradaban, tetapi juga dengan tragedi pilu yang mengguncang hati umat. Salah satu peristiwa paling memilukan dalam sejarah Islam adalah pembunuhan cucu Rasulullah SAW, Imam Husain bin Ali RA, dalam tragedi Karbala pada tahun 61 Hijriyah (680 M). Peristiwa ini bukan sekadar konflik politik, tetapi mencerminkan pertarungan antara kebenaran dan kebatilan, kezaliman dan keteguhan iman.

Tragedi Karbala menjadi simbol pengorbanan demi menegakkan nilai-nilai Islam yang hakiki. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah pembunuhan Imam Husain, latar belakang politik dan sosialnya, serta pelajaran penting dari peristiwa tersebut berdasarkan Al-Qur’an, hadits, dan pandangan ulama.

Latar Belakang Sejarah: Dari Khilafah ke Dinasti

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, kepemimpinan umat Islam diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin. Namun, perubahan besar terjadi setelah pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang mendirikan Dinasti Umayyah dan menjadikan kekhalifahan sebagai warisan turun-temurun.

Ketika Muawiyah wafat, putranya Yazid naik takhta pada tahun 60 H. Banyak sahabat Nabi, termasuk Husain bin Ali RA, menolak mengakui kepemimpinan Yazid karena dianggap tidak layak secara moral dan agama. Yazid dikenal gemar minum khamr, zalim, dan lalai terhadap ajaran Islam.

Warga Kufah yang kecewa terhadap pemerintahan Yazid mengundang Imam Husain untuk datang ke Kufah dan memimpin mereka melawan ketidakadilan. Namun, dalam perjalanannya, Husain dan rombongannya dicegat oleh pasukan besar yang dikirim oleh Ubaidillah bin Ziyad, gubernur Kufah, atas perintah Yazid.

BACA JUGA:Tabot Bengkulu: Asal Usul dan Makna Spiritual Tradisi Warisan Cinta Ahlul Bait dan Tragedi Karbala

Peristiwa Karbala: Keteguhan di Tengah Kezaliman

Tanggal 10 Muharram 61 H (hari Asyura), di padang Karbala (sekarang wilayah Irak), Imam Husain bersama sekitar 72 pengikutnya dikepung oleh ribuan pasukan Yazid. Dalam kondisi tanpa air dan makanan selama tiga hari, mereka tetap teguh mempertahankan prinsip kebenaran.

Imam Husain dengan tegas menolak berbaiat kepada Yazid. Ia berkata:

“Sesungguhnya aku tidak keluar untuk membuat kerusakan atau kesombongan, tetapi aku keluar untuk memperbaiki umat kakekku Rasulullah SAW.” (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 8/157)

Akhirnya, Imam Husain dibunuh secara brutal bersama seluruh keluarganya, termasuk bayi yang masih menyusu, Ali Asghar. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Damaskus sebagai hadiah untuk Yazid. Tragedi ini menjadi luka mendalam bagi umat Islam hingga kini.

Dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang Keutamaan Ahlul Bait

Allah SWT memuliakan keluarga Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur'an:

إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Artinya: "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab: 33)

Sumber:

Berita Terkait