Keikhlasan Nabi Ibrahim AS: Teladan Abadi dalam Menjalankan Perintah Allah
Radarseluma.disway.id - Keikhlasan Nabi Ibrahim AS: Teladan Abadi dalam Menjalankan Perintah Allah--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Dalam perjalanan hidup manusia, keikhlasan adalah fondasi utama dalam beribadah kepada Allah. Ikhlas berarti melaksanakan segala perintah Allah dengan sepenuh hati, tanpa mengharapkan imbalan duniawi. Dalam sejarah kenabian, tidak ada sosok yang menggambarkan keikhlasan lebih nyata daripada Nabi Ibrahim AS. Beliau dikenal sebagai "Khalilullah" (kekasih Allah) karena ketulusan dan pengorbanannya yang luar biasa dalam menunaikan setiap perintah Allah, sekalipun harus mengorbankan anak yang sangat dicintainya, Ismail AS.
Keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam Menjalankan Perintah Allah
1. Taat Tanpa Ragu: Meninggalkan Negeri dan Keluarga demi Allah
Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk meninggalkan negerinya dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain demi dakwah. Bahkan, ia rela meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di padang gersang, tanpa bekal yang memadai, hanya karena perintah Allah.
Sebagaimana Allah firmankan:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
Artinya: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati (Baitullah)..." (QS. Ibrahim: 37)
Ayat ini menunjukkan betapa besar keimanan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS. Ia tidak mendahulukan rasa cinta kepada keluarga, tetapi menempatkan kecintaan kepada Allah di atas segalanya.
BACA JUGA:Ketundukan Nabi Ismail AS: Teladan Agung bagi Generasi Muda Islam
2. Ujian Terberat: Mengorbankan Anak yang Dicintai
Salah satu bentuk keikhlasan terbesar yang tercatat dalam sejarah manusia adalah ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail AS. Ini bukan hanya ujian bagi seorang ayah, tapi juga ujian spiritual tertinggi atas keimanan dan keikhlasan.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
Artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!'" (QS. As-Saffat: 102)
Apa jawaban Ismail AS? Sebuah bentuk keikhlasan luar biasa juga tampak darinya:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. As-Saffat: 102)
Keduanya menunjukkan kepatuhan total kepada Allah, tanpa pertanyaan atau keberatan. Ini adalah manifestasi keikhlasan sejati, yang tidak tertandingi.
3. Keteladanan dalam Membangun Ka'bah dan Seruan Haji
Keikhlasan Nabi Ibrahim juga nampak saat ia bersama Ismail AS membangun Ka'bah dan menyeru manusia untuk melaksanakan haji.
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail..." (QS. Al-Baqarah: 127)
Meski Ka'bah berada di tanah gersang yang tak dikenal, keikhlasan Nabi Ibrahim AS membuatnya tetap menyeru umat manusia kepada Allah.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ
Artinya: "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji..." (QS. Al-Hajj: 27)
Allah menyuruh beliau untuk menyeru manusia, dan beliau melakukannya meski secara logika manusia tak ada yang akan mendengarnya. Namun dengan keikhlasan, suara itu Allah sampaikan hingga ke masa kini, menjadikan haji sebagai ibadah yang terus dijalankan hingga hari kiamat.
Dalil Hadis tentang Keikhlasan
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: "Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi dasar bahwa amal tanpa keikhlasan tidak bernilai di sisi Allah. Keikhlasan Nabi Ibrahim AS menjadikan setiap pengorbanan dan ketaatannya sebagai amal yang agung dan dijadikan syariat hingga kini.
BACA JUGA:Jejak Pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim: Inspirasi Keteladanan bagi Keluarga Muslim Masa Kini
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa keikhlasan Nabi Ibrahim AS adalah pelajaran yang sangat dalam bagi umat Islam. Ia mengajarkan bahwa menaati perintah Allah harus didasari oleh hati yang tulus dan jiwa yang pasrah. Dari kisah beliau, kita belajar bahwa:
• Ikhlas berarti menempatkan perintah Allah di atas logika dan perasaan pribadi.
• Keikhlasan akan menguatkan iman, bahkan dalam situasi paling berat.
• Allah akan mengganti setiap pengorbanan yang ikhlas dengan kemuliaan yang berlipat ganda.
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. As-Saffat: 107)
Allah mengganti Ismail AS dengan domba besar karena keikhlasan mereka telah sampai pada derajat tertinggi.
Semoga kita semua dapat meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam setiap sisi kehidupan, terutama dalam menaati perintah dan menjauhi larangan Allah. (djl)
Sumber: