Jejak Kerajaan Semendo: Dari Asal-Usul Hingga Runtuhnya Dinasti di Hulu Sumatra Selatan

Jejak Kerajaan Semendo: Dari Asal-Usul Hingga Runtuhnya Dinasti di Hulu Sumatra Selatan

Radarseluma.disway.id - Jejak Kerajaan Semendo: Dari Asal-Usul Hingga Runtuhnya Dinasti di Hulu Sumatra Selatan--

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id-Di antara hamparan perbukitan nan subur di pedalaman Sumatra Selatan, tersimpan jejak sejarah yang jarang diulas dalam arus besar historiografi Nusantara. Salah satunya adalah Kerajaan Semendo, sebuah kerajaan yang pernah tumbuh dan berakar kuat di kawasan hulu Sungai Enim dan daerah sekitarnya. Meski kini wilayah Semendo lebih dikenal sebagai daerah adat dengan tradisi agraris yang kokoh, terutama penghasil kopi berkualitas tinggi, namun sesungguhnya Semendo menyimpan catatan panjang tentang sebuah kerajaan yang berperan penting dalam membentuk identitas budaya masyarakatnya.

Kerajaan Semendo berdiri dalam konteks sejarah pasca kejayaan Sriwijaya, ketika berbagai kerajaan kecil di pedalaman Sumatra Selatan mulai menata sistem pemerintahan sendiri. Berbeda dengan kerajaan besar yang berorientasi maritim, Semendo berkembang sebagai kerajaan agraris-pedalaman dengan basis kekuasaan pada pengelolaan lahan, sungai, dan hasil bumi.

Asal-Usul Berdirinya Kerajaan Semendo

Asal-usul Kerajaan Semendo tidak bisa dilepaskan dari migrasi penduduk Minangkabau dan etnis lokal yang mendiami wilayah hulu Sungai Enim. Kata Semendo sendiri diyakini berasal dari kata “Semendau” atau “Samendo,” yang berarti ikatan perjanjian atau kesepakatan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan ini dibentuk atas dasar konsensus beberapa kelompok masyarakat adat yang kemudian bersepakat mengangkat seorang pemimpin bergelar Raja Semendo.

Legenda lisan masyarakat Semendo menyebutkan bahwa raja pertama mereka berasal dari keturunan bangsawan Minangkabau yang menikah dengan perempuan asli Semendo. Dari percampuran inilah lahir garis keturunan raja-raja Semendo. Pada awal berdirinya, kerajaan ini masih sederhana dengan struktur pemerintahan yang terbagi dalam marga atau suku, namun seiring perkembangan, kerajaan ini menjelma menjadi pusat kekuasaan adat yang cukup berpengaruh di pedalaman Sumatra Selatan.

BACA JUGA:Jejak Sejarah Kerajaan Komering: Dari Hulu Sungai Hingga Pusat Kekuasaan di Sumatera Selatan

Masa Kejayaan dan Peran Kerajaan Semendo

Kerajaan Semendo mencapai masa kejayaannya ketika berhasil menguasai jalur perdagangan kopi, damar, dan hasil hutan lainnya. Posisi geografis Semendo yang berada di hulu sungai memberikan keuntungan strategis karena mampu mengendalikan aliran komoditas dari pedalaman menuju daerah hilir, termasuk ke wilayah Musi dan Palembang.

Selain ekonomi, kerajaan ini juga dikenal dengan sistem sosial yang kuat. Filosofi tunggu tubang (hak waris kepada anak perempuan tertua) lahir dari tradisi Semendo dan menjadi ciri khas masyarakatnya hingga kini. Sistem ini memperlihatkan adanya keunikan dalam tata pemerintahan dan adat istiadat, di mana perempuan memiliki posisi penting dalam pewarisan tanah dan rumah, sementara laki-laki lebih banyak berperan di ranah sosial dan pemerintahan.

Kerajaan Semendo juga menjalin hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan tetangga, termasuk Kerajaan Pasemah dan Kesultanan Palembang Darussalam. Hubungan ini terkadang bersifat diplomatis, namun tidak jarang pula terjadi konflik perebutan wilayah dan pengaruh.

Daftar Raja-Raja Kerajaan Semendo

Meski catatan tertulis mengenai raja-raja Semendo tidak sekomplit kerajaan besar lainnya, namun berdasarkan naskah lisan, tambo adat, dan cerita rakyat yang diwariskan, beberapa nama raja Semendo dapat disusun sebagai berikut:

1. Raja Mataram Semendo (awal abad ke-14)

Raja pertama yang mendirikan Kerajaan Semendo. Ia dikenal sebagai tokoh yang menyatukan beberapa marga dan menetapkan hukum adat Semendo.

2. Raja Puyang Awak (abad ke-15)

Dikenal sebagai raja yang memperluas wilayah kekuasaan Semendo hingga berbatasan dengan Pasemah dan Lematang.

3. Raja Puyang Serunting (abad ke-16)

Sumber:

Berita Terkait