Jejak Melayu dan Kolonial dalam Rumah Adat Kota Bengkulu: Harmoni Budaya di Pesisir Barat Sumatera

Jejak Melayu dan Kolonial dalam Rumah Adat Kota Bengkulu: Harmoni Budaya di Pesisir Barat Sumatera

Radarseluma.disway.id - Jejak Melayu dan Kolonial dalam Rumah Adat Kota Bengkulu: Harmoni Budaya di Pesisir Barat Sumatera--

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Kota Bengkulu yang berada di pesisir barat Pulau Sumatera tidak hanya menyimpan pesona alam yang menakjubkan, tetapi juga menyuguhkan kekayaan budaya yang begitu berwarna. Salah satu warisan budaya yang menarik untuk ditelusuri adalah rumah adatnya. Rumah adat Kota Bengkulu hadir sebagai hasil akulturasi dua peradaban besar, yakni pengaruh budaya Melayu yang sudah lama mengakar di wilayah pesisir, serta sentuhan kolonial yang dibawa Belanda dan Inggris pada masa lampau. Dari perpaduan ini lahirlah bentuk arsitektur yang unik, bernilai filosofis, serta menjadi simbol identitas masyarakat Bengkulu.

Rumah adat Kota Bengkulu bukan sekadar bangunan fisik yang berdiri megah, melainkan juga representasi perjalanan sejarah panjang, kehidupan sosial masyarakat, serta kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam konteks modern, rumah adat ini juga menjadi saksi bisu interaksi antara penduduk asli dengan bangsa asing yang pernah menetap dan berkuasa di Bengkulu.

Karakteristik Rumah Adat Kota Bengkulu

Secara umum, rumah adat di Kota Bengkulu memiliki beberapa ciri khas yang mencerminkan akar budayanya. Dari sisi bentuk, rumah adat masih mempertahankan ciri rumah panggung sebagaimana lazimnya rumah tradisional di wilayah Sumatera. Ketinggian panggung ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai bentuk adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang rawan banjir serta ancaman binatang buas.

Namun yang membuat rumah adat Kota Bengkulu berbeda adalah adanya pengaruh Melayu dan kolonial yang berpadu harmonis. Atap rumah misalnya, banyak yang berbentuk limas seperti rumah-rumah Melayu, tetapi dihiasi dengan jendela besar dan ventilasi lebar yang terinspirasi dari gaya kolonial Belanda. Jendela dan pintu berukuran tinggi ini tidak hanya memberi kesan megah, tetapi juga membuat sirkulasi udara dalam rumah menjadi lebih baik.

Lantai rumah adat biasanya terbuat dari papan kayu keras, sementara tiang penyangganya menggunakan kayu yang tahan lama terhadap kelembapan. Dinding rumah umumnya memakai anyaman bambu atau papan kayu, namun pada beberapa rumah yang mendapat pengaruh kolonial lebih kuat, dindingnya bahkan dipenuhi ukiran serta cat berwarna terang.

BACA JUGA:Keanggunan Rumah Adat Suku Serawai: Simbol Filosofi, Budaya, dan Jati Diri Bengkulu

Pengaruh Melayu dalam Rumah Adat Bengkulu

Budaya Melayu memang sudah mengakar kuat di Bengkulu sejak berabad-abad lalu, mengingat posisi strategis wilayah ini sebagai jalur perdagangan. Pengaruh Melayu terlihat jelas pada bentuk atap rumah yang menyerupai rumah limas, serta ornamen-ornamen ukiran yang sarat dengan makna filosofis.

Ukiran tersebut biasanya berbentuk flora seperti bunga teratai, sulur, dan dedaunan. Motif flora ini memiliki arti kesuburan, kehidupan, dan harapan agar keluarga yang tinggal di dalam rumah senantiasa hidup sejahtera. Selain itu, tata ruang rumah adat juga dipengaruhi tradisi Melayu. Terdapat pemisahan antara ruang tamu, ruang keluarga, serta ruang khusus perempuan yang sifatnya lebih tertutup. Hal ini mencerminkan nilai kesopanan dan adat ketimuran yang dijunjung tinggi.

Selain itu, masyarakat Melayu Bengkulu juga menempatkan rumah sebagai simbol kehormatan keluarga. Semakin besar dan indah rumah yang dimiliki, semakin tinggi pula status sosial pemiliknya di mata masyarakat. Nilai ini kemudian terus diwariskan dalam tradisi rumah adat Bengkulu hingga sekarang.

Sentuhan Kolonial dalam Arsitektur Rumah Adat

Tidak bisa dipungkiri, masa kolonial Belanda dan Inggris telah meninggalkan jejak yang cukup kuat pada arsitektur rumah adat di Kota Bengkulu. Sentuhan kolonial terlihat jelas pada struktur bangunan yang lebih kokoh serta penggunaan material tambahan seperti kaca dan besi.

Jendela besar dengan kisi-kisi, pintu tinggi, serta veranda luas adalah ciri khas kolonial yang diadaptasi ke dalam rumah adat Bengkulu. Hal ini bertujuan agar rumah lebih sejuk dan nyaman di tengah iklim tropis. Bahkan pada beberapa rumah, terlihat adanya tiang bergaya doric sederhana ala Eropa yang digabungkan dengan pondasi kayu khas Nusantara.

Selain itu, pengaruh kolonial juga terlihat pada penataan halaman rumah. Rumah adat Bengkulu sering dikelilingi taman kecil atau halaman luas yang ditata rapi, menyerupai gaya rumah-rumah pejabat kolonial. Kehadiran halaman ini bukan hanya sebagai estetika, tetapi juga berfungsi sebagai ruang interaksi sosial keluarga dan tetangga.

BACA JUGA:Menelusuri Rumah Adat Suku Enggano: Jejak Budaya yang Menjadi Kebanggaan Bengkulu

Filosofi dan Nilai Sosial yang Melekat

Rumah adat Kota Bengkulu bukan hanya perpaduan bentuk fisik, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur. Setiap bagian rumah memiliki filosofi tersendiri. Tiang penyangga melambangkan kekuatan dan keteguhan keluarga, dinding kayu menggambarkan kehangatan, sementara atap limas mencerminkan keterbukaan terhadap rezeki dan keberkahan.

Sumber:

Berita Terkait