Tafsir Ayat 7 & 8 Surat Ad-Dhuha Berikut penjelasannya
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan|
Rabu 19-02-2025,11:30 WIB
Radarseluma.disway.id - Tafsir ayat 7 - 8 Surat Ad-Dhuha --
Radarseluma.disway.id - Para ulama sepakat bahwasanya Surat Adh-Dhuha adalah Surat Makiyyah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebelum berhijrah ke Kota Madinah, dan pokok pembicaraan Surat ini berkaitan dengan nikmat-nikmat Allah yang zhahir yang Allah anugerah kan kepada Nabi. Adapun pokok pembicaraan terkait nikmat-nikmat yang maknawi akan datang pada tafsir Surat Al-Insyirah. Sehingga kedua surat ini berkaitan erat. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa kedua surat ini adalah satu surat karena masing-masing berbicara mengenai nikmat yang diberikan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Para ahli tafsir menyebutkan tentang asbabun nuzul (sebab turunnya) surat ini. Sebagaimana yang dimaklumi bahwa surat-surat atau ayat-ayat dalam Al-Quran terkadang diturunkan karena suatu sebab, namun terkadang pula tidak ada sebabnya. Berkaitan dengan sebab turunnya surat ini, ada beberapa riwayat atau hadits yang shahih, di antaranya hadits Jundub bin Abdillah bin Sufyan al Bajali Radhiyallahu anhu, ia berkata :
اِحْتَبَسَ جِبْرِيْلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، فَقَالَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ: أَبْطَأَ عَلَيْهِ شَيْطَانُهُ. فَنَـزَلَتْ: وَالضُّحَى. وَاللَّـيْلِ إِذاَ سَجَى. مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Artinya:
"Jibril tertahan (tidak kunjung datang) kepada Nabi SAW , lalu berkata seorang wanita dari Quraisy : “Syetannya terlambat datang kepadanya,” maka turunlah
وَالضُّحَىٰ﴿١﴾وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ﴿٢﴾مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Artinya:
"(Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi. Rabb-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu)" (HR Bukhari no. 1073, no. 4667, no. 4698).
Kali ini kita akan membahas tentang Tafsir Ayat 7 & 8 dari Surat Ad-Dhuha yang mana sebelumnya telah kita kupas tuntas ayat demi ayat tafsir Surat Ad-Dhuha fan kali ini kita tuntaskan penjelasan dua ayat terakhir ayoo kita simak bersama:
Tafsir ayat 7 Surat Ad-Dhuha sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ
Artinya:
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”(QS Ad- Dhuha 7)
Pada awalnya Nabi hidup dalam keadaan miskin. Meskipun Nabi hidup menumpang pada Abu Thalib, tetapi Abu Thalib miskin. Oleh karena itu, Nabi dahulu kerja membantu pamannya menggembalakan kambing orang-orang Mekkah, dan bukan kambing beliau sendiri. Hal itu dilakukan agar mendapatkan upah demi membantu pamannya Abu Thalib.
Lalu di kemudian hari Nabi bekerja kepada Khadijah, dan akhirnya dinikahkan lah beliau Khadijah RA yang kaya raya yang mengorbankan seluruh hartanya untuk islam. Lalu beliau dipertemukan dengan sahabat yang mulia, Abu Bakar RA yang juga mengorbankan seluruh hartanya untuk islam.
Selanjutnya Allah menakdirkan Nabi menang dalam banyak peperangan, beliau mendapatkan harta ghanimah, mendapatkan harta fai’, sehingga beliau terkadang memiliki harta yang banyak dari situ. Kemudian Nabi membagi-bagikannya untuk para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Karenanya Nabi adalah orang yang paling dermawan.
Tafsir Ayat 8 Surat Ad-Dhuha Allah berfirman:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
Artinya:
“Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang”(QS Ad-Dhuha 8)
Yaitu “sebagaimana dahulu engkau yatim lalu Allah mengayomi mu maka janganlah engkau berlaku buruk kepada anak yatim”.
Ayat ini merupakan ayat yang paling dimengerti oleh Nabi. Beliau benar-benar mengetahui bagaimana kondisi seorang anak yatim karena Nabi pada masa kecilnya hidup dalam keadaan yatim. Dan yatimnya Nabi adalah yatim yang sempurna. Beliau sama sekali tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, bahkan ditinggal mati pula oleh ibunya ketika beliau berumur 6 tahun, di saat dia mulai merasakan kasih sayang seorang ibu.
Sehingga dia sangat mengetahui bagaimana perasaan seorang yang kehilangan ibu. Sehingga Nabi tidak mungkin mencela seorang yatim. Tidak mungkin Nabi akan bersikap sewenang-wenang terhadap anak yatim karena beliau pernah merasakan hidup dalam keyatiman. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“Aku dan orang yang mengurus anak yatim berada di surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya yaitu telunjuk dan jari tengah. (HR Al-Bukhari no. 6005)
Demikianlah penjelasan tafsir ayat terakhir Surat Ad-Dhuha yaitu ayat 7 & 8 sebagai pamungkas yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat. (djl)
Sumber: