KH Ahmad Dahlan Ulama Besar Pendiri Organisasi Muhammadiyah Part Tiga
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan|
Sabtu 28-09-2024,13:10 WIB
Kajian Islam. Pengalaman Organisasi K.H Ahmad Dahlan --
"Pengalaman Organisasi K.H Ahmad Dahlan"
Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Selain aktif ketika mengemukakan gagasannya mengenai gerakan dakwah Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berjualan batik.
Sebagai sosok yang aktif dalam beragam kegiatan di masyarakat serta memiliki gagasan yang cemerlang, K.H Ahmad Dahlan adalah sosok yang mudah diterima oleh masyarakat. Sehingga ia pun cepat pula mendapatkan tempat di organisasi Jam’iyatul Khair, Syarikat Islam, Budi Utomo hingga Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad.
Pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi bernama Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita dari pembaruan Islam yang hadir di Nusantara. K. H Ahmad Dahlan menginginkan ada pembaruan terhadap cara berpikir maupun beramal masyarakat, namun tetap sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
Ia ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran maupun Hadits.
Oleh karena itu, sejak awal berdiri, K.H Ahmad Dahlan menegaskan bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi yang memiliki sifat politik, akan tetapi bersifat sosial serta bergerak dalam bidang pendidikan.
Gagasan K.H Ahmad Dahlan mengenai berdirinya Muhammadiyah pun mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga maupun keluarga sekitarnya. Akan tetapi, dukungan baik tersebut rupanya tidak dapat menghindarkan munculnya fitnah-fitnah, tuduhan hingga hasutan yang datang pada K.H Ahmad Dahlan.
Ia sempat dituduh akan mendirikan Agama baru dan menyalahi ajaran Agama Islam. Ada pula orang yang menuduh bahwa K.H Ahmad Dahlan adalah sosok Kiyai palsu, sebab telah meniru bangsa Belanda yang beragama Kristen, mengajar pula di sekolah-sekolah Belanda hingga bergaul dengan tokoh Budi Utomo yang saat itu kebanyakan adalah seorang priyai.
Pada saat itu, K.H Ahmad Dahlan memang sempat mengajar pelajaran Agama Islam di sekolah OSVIA di Magelang yaitu sebuah sekolah khusus Belanda dan sekolah khusus untuk anak-anak priyayi.
Bahkan ada pula beberapa orang yang hendak membunuh K.H Ahmad Dahlan saat itu.
Meskipun mendapatkan beragam fitnah, hasutan maupun ancaman,
K.H Ahmad Dahlan saat itu tetap berteguh hati dan tetap melanjutkan cita-cita serta perjuangannya dalam pembaruan Islam di Indonesia.
K.H Ahmad Dahlan pun melanjutkan perjuangannya dalam membentuk Muhammadiyah dengan mengajukan permohonan untuk mendapatkan badan hukum pada pemerintah Hindia Belanda pada 20 Desember 1912.
Permohonan tersebut, baru dikabulkan oleh pemerintah pada tahun 1914.
Izin tersebut, juga hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta, serta Muhammadiyah hanya boleh bergerak di daerah perizinan saja yaitu Yogyakarta.
Pembatasan gerak Muhammadiyah ini dikarenakan pemerintah Hindia Belanda saat itu khawatir, bahwa organisasi yang diusung oleh K.H Ahmad Dahlan akan berkembang.
Meskipun gerakannya dibatasi, akan tetapi daerah-daerah lain seperti Imogiri, Wonosari hingga Srandakan telah mendirikan kantor cabang Muhammadiyah.
Namun karena hal tersebut menentang keinginan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka K.H Ahmad Dahlan pun mengusulkan agar kantor cabang di kota lain menggunakan nama berbeda dan bukannya Muhammadiyah, seperti nama Nurul Islam di Pekalongan, nama Al Munir di Ujung Pandang dan Ahmadiyah di Garut.
K.H Ahmad Dahlan menyebar luaskan gagasan nya mengenai Muhammadiyah melalui tabligh ia adakan di berbagai kota.
Selain itu, ia juga turut menyebarkan Muhammadiyah melalui relasi dagangnya.
Gagasan yang dimiliki oleh K.H Ahmad Dahlan, rupanya mendapatkan sambutan cukup besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia.
Sehingga, beberapa Ulama dari beragam daerah pun berdatangan pada K.H Ahmad Dahlan untuk menyatakan dukungannya pada gerakan dari Muhammadiyah.
Oleh karena itu, pada 7 Mei 1921 K.H.Ahmad Dahlan akhirnya mengajukan permohonan kembali kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di kota-kota lain selain Yogyakarta.
Pemerintah Hindia Belanda pun menyetujui permohonan tersebut pada 2 September 1921.
Sebagai seseorang yang demokratis dalam menjalankan aktivitas dari gerakan dakwahnya,
K.H Ahmad Dahlan juga memberikan fasilitas kepada para anggota Muhammadiyah untuk memproses evaluasi kerja serta melakukan pemilihan pemimpin di Muhammadiyah. Selama K. H Ahmad Dahlan hidup, Muhammadiyah telah melaksanakan dua belas kali pertemuan anggota setiap setahun dan saat itu menggunakan istilah Aldemeene Vergadering atau persidangan umum.
Sosok K.H Ahmad Dahlan, selain dikenal dekat dengan masyarakat serta para Ulama, ia juga dekat dengan tokoh-tokoh Agama lain. Seperti Pastur Van Lith pada tahun 1914-1918.
Pada tahun tersebut, Pastur Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Ahmad Dahlan dan saat itu, ia tidak ragu untuk masuk ke Gereja dengan memakai pakaian haji.
Itulah pengalaman organisasi K.H Ahmad Dahlan yang pantang menyerah dalam hal mewujudkan cita-cita Agama yang ia bangun dan pada akhirnya Organisasi itu bernama Muhammadiyah menjadi organisasi Islam yang besar di Indonesia (djl)
Bersambung Part 4
Sumber: