Inilah Awal Mula Sejarah Peringan Maulid Nabi, Siapa Yang Pertama Kali Melaksanakan nya..?? Yuk Simak

Inilah Awal Mula Sejarah Peringan Maulid Nabi, Siapa Yang Pertama Kali Melaksanakan nya..?? Yuk Simak

Kajian Islam. Orang pertama kali melaksanakan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin --

Kajian Islam. Radar Seluma. Disway id - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hingga saat ini masih menjadi pertentangan sebab masih ada yang menganggap hal itu Bid'ah namun hal itu boleh sebagai bentuk mengingat tentang kelahiran Nabi Muhammad dan untuk menambah kecintaan dan ilmu agar lebih mencintai Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Akan tetapi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan sejak lama hingga menjadi mentradisi di seluruh belahan Dunia, bagaimana wal mulanya yuk kita bahas bagaimana ceritanya..??
 
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali dilakukan pada awal abad ke 7 Hijriyah oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang) yang bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri.
Ibnu Katsir dalam kitab Tarikh menjelaskan bahwa Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal dan merayakannya secara besar-besaran. Sultan Muzhaffar adalah seorang yang berani,  alim dan seorang yang adil
 
Dijelaskan juga oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan Maulid Nabi tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin  ilmu, baik dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, para ahli tasawuf, dan yang lainnya.
 
Sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan dengan ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para tamu yang akan hadir dalam peringatan Maulid Nabi tersebut.
 
 
Para ulama pada saat itu menyetujui dan membenarkan terkait dengan peringatan Maulid Nabi yang telah dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik peringatan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
 
Dalam kitab Wafayat Al-A’yan Ibnu Khallikan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah sedang melakukan perjalanan dari Maroko menuju Syam dan ke Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia bertemu dengan Sultan Al-Muzhaffar, Raja Irbil tersebut memiliki perhatian yang besar terhadap peringatan Maulid Nabi.
 
Semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga saat ini para ulama telah menganggap bahwa peringatan Maulid Nabi merupakan sesuatu hal yang baik. Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadits telah menyatakan demikian, bahkan Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”.
 
Karena itu peringatan Maulid Nabi, yang biasa diperingati pada bulan Rabiul Awal menjadi sebuah tradisi untuk umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke masa serta dalam setiap generasi ke generasi.
 
 
Para ahli sejarah, seperti, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir dan yang lainnya telah sepakat bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.
 
Namun ada juga pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi merupakan orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi.
 
Sultan Salahuddin pada kala itu mengadakan peringatan Maulid dengan tujuan untuk membangkitkan semangat umat islam yang telah padam agar bisa kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.
 
Namun ide dari Salahuddin tentang memperingati Maulid Nabi tidak disetujui oleh beberapa ulama, karena dari zaman Nabi peringatan tersebut tidak pernah ada. Lagi pula hari raya umat islam secara resmi menurut ajaran Agama hanya ada dua, yaitu Idul fitri dan Idul Adha.
 
Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa peringatan Maulid Nabi hanyalah sebuah kegiatan yang dapat menyemarakkan dalam menyiarkan Agama, bukan perayaan yang memiliki sifat ritual, sehingga tidak bisa dikategorikan bid’ah yang terlarang.
 
Ketika itu Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Baghdad, dan khalifah memberikan setuju dengan apa yang sudah disampaikan Salahuddin terkait dengan peringatan Maulid Nabi.
 
 
Oleh karena itu, ketika ibadah haji pada bulan Dzulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai pemimpin Haramain memberikan instruksi kepada seluruh jemaah haji, apabila mereka kembali ke kampung halaman masing-masing dengan segera untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat Islam di mana pun berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal ditetapkan sebagai Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang dapat membangkitkan semangat umat Islam.
 
Dalam peringatan Maulid Nabi yang sering kita lakukan yaitu dapat di isi dengan berupa pengajian ceramah Agama tentang sejarah dan kelahiran Nabi Muhammad, bersalawat dan mengenang kembali perjuangan dan tauladan yang dapat diambil dari perjalan dan perjuangan Rasulullah SAW dalam mensyiarkan Agama Islam.
 
Demikianlah sejarah umat Islam melaksanakan peringatan Maulid Nabi setiap tahun yang mana di awali oleh Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri seorang Raja Muslim yang berani,  alim dan seorang Raja dan pemimpin yang adil.
Peringatan Maulid Nabi dengan tujuan untuk meningkatkan semangat kecintaan kepada Nabi Muhammad dan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. (djl) 

Sumber: