"Saat Kita Berbaris Bersama": Pemuda, Musik, dan Masa Depan Hubungan Tiongkok–AS

--

Menyerahkan Masa Depan ke Tangan Generasi Muda

 

Bagi para siswa, musik berfungsi sebagai bahasa universal. "Meskipun kalian tidak berbicara bahasa yang sama, kalian memainkan bahasa yang sama," kata pemain drum Thomas Trinh. "Kalian bisa menunjukkan kemampuan masing-masing, tetapi sebagai sebuah kelompok, kalian menciptakan sesuatu yang dahsyat. Kalian belajar untuk saling percaya." Daniel Hankins menambahkan, "Kolaborasi lebih menyenangkan daripada persaingan."

 

Semangat persatuan ini bergema di seluruh Tiongkok dan AS. "Berbaris berarti bergerak maju. Ketika kita berbaris bersama, persahabatan antar negara kita pun ikut terjalin," kata Yang Guandao dari SMA Beijing 57. "Menemukan apa yang menyatukan kita, bukan yang memecah belah kita," tambah Aadit Saraogi dari SMA Clarksburg.

 

"Melangkah menuju masa depan yang gemilang berarti menyerahkan masa depan ke tangan anak-anak kita," kata Susan Eckerle, Direktur Orkestra di Sekolah Menengah Atas Thomas S. Wootton. "Mereka tahu bagaimana memperlakukan orang lain—dan mereka melakukannya dengan baik. Terkadang orang dewasa hanya perlu mundur. Biarkan anak-anak yang melakukannya."

 

BACA JUGA:Green GSM Luncurkan Layanan Taksi serba Listrik di Davao

BACA JUGA:Lokasi Lahan Yon TP Seluma Resmi Disepakati, Persiapan Hibah

Pertukaran Pemuda di Masa-Masa Sulit

 

Di luar pertunjukan musiknya, "When We March Together" menyoroti peran penting pertukaran pemuda dalam membentuk hubungan Tiongkok-AS. Film dokumenter ini menunjukkan bagaimana interaksi pribadi dapat membangun pemahaman yang langgeng dan membantu menjembatani perbedaan.

 

Pada tahun 2023, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengumumkan inisiatif lima tahun untuk mengundang 50.000 mahasiswa Amerika ke Tiongkok. Program ini memberi kesempatan kepada kaum muda dari kedua negara untuk bertemu, seringkali untuk pertama kalinya, dan membentuk kesan mereka sendiri, terlepas dari narasi politik.

Sumber: