Siasat Abu Nawas Menghindari Pajak: Kisah Jenaka yang Sarat Makna
Radarseluma.disway.id - Siasat Abu Nawas Menghindari Pajak: Kisah Jenaka yang Sarat Makna--
Abu Nawas tidak benar-benar bermaksud menentang peraturan, tetapi ia ingin menyampaikan pesan: sedekah adalah bentuk nyata kepedulian yang langsung menyentuh hati dan perut orang-orang miskin.
Nilai Islam dalam Kisah Abu Nawas
Apa yang dilakukan Abu Nawas sejalan dengan ajaran Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
"وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًۭا وَيَتِيمًۭا وَأَسِيرًا"
Artinya: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan." (QS. Al-Insan: 8)
Sedekah bukan hanya diwajibkan saat bulan Ramadan, tetapi juga sebaiknya menjadi kebiasaan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ"
Artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."
(HR. Ahmad)
Meneladani Abu Nawas di Era Modern
Di masa kini, kita hidup dalam tatanan yang lebih sistematis. Pajak adalah kewajiban yang mesti dipenuhi sebagai warga negara. Namun, semangat Abu Nawas untuk berbagi langsung kepada mereka yang membutuhkan tetap relevan.
Kita bisa membayar pajak sebagai kewajiban negara, sekaligus menyalurkan sedekah sebagai bentuk kasih sayang dan kepedulian. Tidak harus menunggu Ramadan untuk berbagi. Bahkan, berbagi saat orang lain lupa berbagi—itulah yang lebih bernilai di mata Allah.
Bayangkan, betapa banyak orang yang masih terjepit kemiskinan, kekurangan makan, bahkan tidak punya biaya untuk berobat. Maka, menjadi "Abu Nawas modern" bukan berarti mengelak dari kewajiban, tapi menambah kebaikan dengan cara yang cerdas dan penuh empati.
Kisah Abu Nawas menghindari pajak memang lucu dan menghibur. Tapi lebih dari itu, kisah ini mengandung pesan penting: jangan hanya mengandalkan sistem untuk menolong sesama jadilah bagian dari sistem kebaikan itu sendiri.
Mari jadikan semangat Ramadan terus hidup sepanjang tahun, dengan terus bersedekah dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan, baik melalui lembaga resmi maupun langsung kepada sasaran.
Seperti Abu Nawas, kita bisa cerdik dan jenaka, tetapi juga penuh cinta dan kepedulian. (djl)
Sumber: