Waspadai Gejala Dini Stroke, Indonesia Masuk 11 Besar Dunia Penderita Stroke Menurut WHO
Waspadai gejala dini stroke--
Jakarta, Radarseluma.Disway.id — Serangan stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia. Menurut data dari WHO tahun 2020, lebih dari 357 ribu kematian per tahun atau sekitar 21% dari total kematian nasional. Atau sekitar 1 dari 5 kematian nasional disebabkan oleh stroke.
Tingkat kematian akibat stroke di Indonesia mencapai 178,3 per 100.000 penduduk (disesuaikan dengan usia), menempatkan Indonesia di peringkat ke-11 tertinggi di dunia. Data ini menunjukkan bahwa beban penyakit stroke di Indonesia masih sangat tinggi dan menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan nasional[1].
BACA JUGA:DAIKIN Kantongi Sertifikat SNI Baru, Dorong Pertumbuhan Industri Berbasis Mutu
BACA JUGA:Toyota Kijang Innova Zenix 2024 Desain Lebih Gagah dan Menggoda Minat Para Pecinta Otomotif
Sayangnya, banyak masyarakat yang masih mengabaikan gejala awal stroke seperti pusing mendadak, mulut tidak simetris ketika tersenyum, penglihatan kabur atau tangan terasa lemas dan menganggapnya sebagai kelelahan biasa. Padahal, setiap menit yang hilang tanpa penanganan medis dapat berarti hilangnya jutaan sel otak secara permanen.
“Setiap menit sangat berharga bagi pasien stroke. Golden period di bawah 4,5 jam sejak gejala pertama muncul adalah masa krusial yang menentukan keberhasilan pemulihan. Jika pasien tiba di rumah sakit dalam rentang waktu ini, peluang untuk pulih tanpa kecacatan meningkat secara signifikan. Stroke sendiri merupakan penyebab kecacatan nomor satu, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia,” jelas dr. Riski Amanda, Sp.N, FINA, Spesialis Neurologi Neurointervensi di Primaya Hospital PGI Cikini.
Penyebab Stroke dan Gejalanya
Stroke bisa terjadi akibat berbagai faktor risiko yang bisa diubah ataupun yang tak bisa diubah. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia, di mana risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia; jenis kelamin, karena pria memiliki risiko stroke lebih tinggi dibanding perempuan, meski perempuan cenderung mengalami stroke pada usia yang lebih tua dengan prognosis yang lebih buruk; serta riwayat keluarga, dimana risiko stroke meningkat jika ada anggota keluarga yang pernah mengalaminya.
Sementara itu, faktor risiko yang dapat diubah mencakup tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, diabetes, penyakit jantung (terutama fibrilasi atrium), obesitas, kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, dan penyalahgunaan alkohol. Dengan mengenali dan mengendalikan faktor-faktor tersebut, risiko terjadinya stroke dapat diminimalkan secara signifikan.
Sumber: