Meneladani Keteguhan Sahabat dalam Ujian: Inspirasi Abadi di Tengah Derasnya Cobaan Hidup

Meneladani Keteguhan Sahabat dalam Ujian: Inspirasi Abadi di Tengah Derasnya Cobaan Hidup

Radarseluma.disway.id - Meneladani Keteguhan Sahabat dalam Ujian: Inspirasi Abadi di Tengah Derasnya Cobaan Hidup--

Sahabat lain yang patut dijadikan teladan adalah keluarga Yasir: Yasir, istrinya Sumayyah, dan anaknya Ammar bin Yasir. Mereka adalah keluarga pertama yang menjadi syuhada dalam Islam. Sumayyah رضي الله عنها menjadi wanita pertama yang mati syahid karena mempertahankan keimanan.

Rasulullah SAW bersabda kepada mereka:

"صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ"

Artinya: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat kalian adalah surga." (HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya)

Ujian yang dialami keluarga Yasir menunjukkan bahwa keimanan sejati diuji dengan penderitaan, dan kesabaran yang disertai keteguhan akan dibalas dengan surga yang abadi.

Keteguhan di Medan Perang: Mush'ab bin Umair

Mush'ab bin Umair رضي الله عنه adalah sosok pemuda bangsawan Mekkah yang hidup bergelimang kemewahan. Namun, setelah memeluk Islam, ia meninggalkan semua kemewahan demi mempertahankan iman. Ia menjadi duta Islam pertama yang diutus Rasulullah ﷺ ke Madinah.

Di medan perang Uhud, Mush’ab tampil sebagai pembawa panji Islam. Saat musuh menyerangnya, tangan kanan yang memegang panji ditebas. Ia masih berusaha mempertahankannya dengan tangan kiri, dan akhirnya tubuhnya dipenuhi luka hingga gugur sebagai syuhada.

Allah SWT berfirman:

"مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ..."

Artinya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah..." (QS. Al-Ahzab: 23)

Mush’ab bin Umair adalah bukti bahwa perjuangan dalam mempertahankan agama membutuhkan pengorbanan, bahkan hingga nyawa.

BACA JUGA:Allah SWT Menciptakan Bidadari Surga dari Empat Warna: Rahasia Keindahan Makhluk Surga yang Dijanjikan

Meneladani Keteguhan Sahabat di Era Modern

Ujian zaman sekarang memang berbeda bentuknya. Kita mungkin tidak menghadapi penyiksaan fisik, tetapi tantangan iman justru lebih halus: hedonisme, liberalisme, godaan dunia, fitnah media sosial, dan tekanan ekonomi.

Sumber:

Berita Terkait