Kisah Rasulullah SAW dalam Perjalanan Hijrah ke Madinah: Pengorbanan, Keteguhan, dan Pertolongan Allah SWT

Kamis 23-10-2025,11:21 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Peristiwa Hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah merupakan salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam. Hijrah bukan hanya sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, melainkan juga titik awal terbentuknya masyarakat Islam yang kuat, berdaulat, dan penuh persaudaraan. Dari peristiwa ini, umat Islam belajar tentang keteguhan iman, pengorbanan, dan bagaimana Allah SWT menolong hamba-Nya yang sabar dalam perjuangan dakwah.

Latar Belakang Hijrah

Selama lebih dari 13 tahun berdakwah di Makkah, Rasulullah SAW dan para sahabat menghadapi berbagai ujian berat: cemoohan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman pembunuhan. Kaum Quraisy sangat keras menolak ajaran tauhid yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Namun, setelah peristiwa Bai’at Aqabah di mana sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) memeluk Islam dan berjanji setia kepada Rasulullah datanglah izin dari Allah SWT bagi kaum Muslimin untuk berhijrah.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُم بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُم مِّن شَيْءٍ ۖ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Artinya: “Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: ‘Ikutilah jalan kami, dan biarlah kami menanggung dosa-dosa kalian.’ Padahal mereka sama sekali tidak akan menanggung sedikit pun dosa mereka; sesungguhnya mereka adalah orang-orang pendusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 12)

Ayat ini menggambarkan tekanan kaum kafir terhadap umat Islam di Makkah, sehingga Allah memerintahkan mereka untuk meninggalkan kota tersebut menuju tempat yang lebih aman.

Rencana Hijrah dan Upaya Pembunuhan Rasulullah SAW

Ketika kaum Quraisy mengetahui semakin banyaknya sahabat yang berhijrah, mereka merasa terancam. Maka mereka bermufakat di Darun Nadwah, rumah pertemuan para pembesar Quraisy, untuk membunuh Rasulullah SAW.

Namun Jibril AS datang memberi tahu Rasulullah SAW tentang rencana jahat itu. Maka beliau pun bersiap meninggalkan Makkah bersama sahabat tercinta, Abu Bakar As-Siddiq RA.

Pada malam keberangkatan, Rasulullah SAW meminta Ali bin Abi Thalib RA untuk tidur di tempat tidurnya, mengenakan selimut hijau beliau agar para musuh tidak menyadari kepergiannya.

Rasulullah SAW keluar dari rumah sambil membaca doa yang agung:

وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّۭا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّۭا فَأَغْشَيْنَـٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

Artinya: “Dan Kami jadikan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), lalu Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yasin: 9)

Dengan izin Allah, Rasulullah SAW berhasil keluar tanpa terlihat oleh para pengepung.

BACA JUGA:Keteguhan Rasulullah SAW dalam Menyebarkan Islam di Makkah: Pelajaran Besar dari Dakwah Penuh Tantangan

Perjalanan ke Gua Tsur

Kategori :