BSI Sharia Economic Outlook 2026, Indonesia 2026 Diproyeksikan Tangguh, Berani, dan Menjanjikan

BSI Sharia Economic Outlook 2026, Indonesia 2026 Diproyeksikan Tangguh, Berani, dan Menjanjikan

BSI--

 

Jakarta, Radarseluma.Disway.id – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memproyeksikan perekonomian Indonesia tahun 2026 tetap tangguh dengan pertumbuhan sekitar 5,28%, didukung konsumsi rumah tangga yang solid, program prioritas pemerintah, dan menguatnya peran ekonomi serta keuangan syariah nasional. Proyeksi ini disampaikan dalam BSI Sharia Economic Outlook 2026 bertema “Indonesia 2026: Resilient, Bold, and Promising,” yang disusun oleh Office of Chief Economist (Kantor Ekonom) BSI.

 

BACA JUGA:Toyota Hilux: Mobil Desain Canggih dan Mewah dengan Mesin Double Cabin Tangguh di Segala Medan

BACA JUGA: 11-14 Desember 2025, Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin’ Fest 2025

Dalam paparannya, Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, bersama tim ekonom BSI lainnya, menjelaskan bawa analisis outlook 2026 dibangun di atas delapan pilar utama: normalisasi perdagangan global, realokasi aset ke emerging markets, menguatnya daya tarik Rupiah, program prioritas pemerintah, “Efek Purbaya” pada kebijakan ekonomi, daya tahan konsumsi, agenda hilirisasi, serta proyeksi indikator ekonomi utama. “Kombinasi delapan faktor ini membuat Indonesia masuk ke 2026 dengan fondasi yang relatif kuat, meskipun lanskap global tetap penuh ketidakpastian,” ujar Banjaran.

 

Tim ekonom BSI mencatat, ekonomi global pada 2026 diperkirakan tumbuh sekitar 3,2% berdasarkan proyeksi IMF, dengan Kawasan ASEAN diproyeksikan menjadi salah satu blok dengan prospek paling menarik, seiring pergeseran pusat pertumbuhan ke Asia.

 

Di sisi lain, dunia masih menghadapi lima dinamika utama: risiko utang negara (sovereign debt risk), potensi asset bubble akibat valuasi pasar yang terlalu tinggi, perang dagang yang terus membayangi, pertumbuhan yang terfragmentasi, serta perubahan lanskap perdagangan akibat AI-driven productivity. “Di tahun 2026, risiko utang dan asset bubble membuat investor lebih selektif, sementara AI perlahan mengubah struktur perdagangan dunia,” jelas Banjaran.

 

Sejalan dengan tren inflasi global yang menurun, tim ekonom BSI memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sekitar 50 bps sepanjang 2026 ke kisaran 3,25-3,50%, diikuti penurunan imbal hasil obligasi AS. Normalisasi ini membuka ruang bagi rotasi aset ke emerging markets termasuk Indonesia, di tengah kekhawatiran valuasi pasar yang terlalu mahal di negara maju.

 

BACA JUGA:Honda Brio Satya Tampil Lebih Canggih dan Gagah, Siap Memikat Pecinta Otomotif di Tanah Air

Sumber: