BSI Sharia Economic Outlook 2026, Indonesia 2026 Diproyeksikan Tangguh, Berani, dan Menjanjikan
BSI--
Dari sisi produksi, Banjaran menekankan bahwa hilirisasi tetap menjadi salah satu mesin utama pertumbuhan jangka menengah. Proyeksi sektoral BSI menunjukkan percepatan di industri pengolahan, perdagangan, akomodasi & makan minum, transportasi, serta jasa informasi & komunikasi, yang seluruhnya tumbuh di atas rata-rata PDB pada 2026.
Tim ekonom BSI mencatat bahwa realisasi investasi triwulan III 2025 telah mencapai Rp491,4 triliun, tumbuh 13,9% yoy, dengan PMDN Rp279,4 triliun dan PMA Rp212 triliun. Ke depan, hilirisasi dan pergeseran prioritas kebijakan diperkirakan akan menjadikan PMDN sebagai motor utama investasi, sementara PMA akan lebih selektif dan berfokus pada sektor bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor.
Dalam seluruh dinamika tersebut, ekonomi dan keuangan syariah diyakini menjadi bagian integral dari dorongan pertumbuhan nasional. Meskipun kedalaman pasar keuangan masih terbatas, Banjaran menegaskan bahwa keuangan syariah Indonesia justru menunjukkan momentum pertumbuhan yang kuat. Total aset keuangan syariah diperkirakan naik dari Rp3.158 triliun pada 2025 menjadi sekitar Rp3.508 triliun pada 2026, dengan pertumbuhan sekitar 14,8%. Aset perbankan syariah sendiri diproyeksikan menembus Rp1.205 triliun, dengan pembiayaan sekitar Rp794 triliun yang tumbuh hampir 11,9%, dan DPK mencapai Rp952,9 triliun dengan pertumbuhan 12,55%.
“Keuangan syariah tidak lagi sekadar pelengkap, tetapi telah menjadi salah satu pilar pertumbuhan sektor keuangan nasional. Pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK perbankan syariah yang konsistem dua digit menunjukkan kepercayaan dan preferensi masyarakat yang terus menguat,” ujar Chief Economist BSI.
Di hilir, tim ekonom BSI melihat industri halal menjadi penguat penting bagi kinerja perdagangan dan konsumsi. Konsumsi produk halal domestik diperkirakan mencapai US$259,8 miliar pada 2026, tumbuh sekitar 5,88%, dan menyumbang lebih dari 30% konsumsi rumah tangga nasional. Di sisi ekspor, produk halal berkontribusi sebesar 20% dari total ekspor barang non-migas Indonesia, diproyeksikan naik menjadi US$73,9 miliar dengan pertumbuhan sekitar 8,73%, termasuk ekspor non-sawit yang terus meningkat.
Kinerja konsumsi tersebut juga tercermin dari BSI Muslim Consumption Index yang dikeluarkan oleh tim ekonom BSI, yang menunjukkan bahwa konsumsi Muslim di Indonesia “tumbuh tetapi makin selektif”. Tren kenaikan terlihat pada kategori makanan-minuman halal, kosmetik halal, kesehatan, pendidikan, dan perjalanan ibadah. Tim ekonom BSI menilai pola konsumsi ini akan menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi, sekaligus peluang bagi sektor-sektor yang terkait langsung dengan gaya hidup halal dan keuangan syariah.
Selain itu, penerimaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya (ZIS-DSKL) diproyeksikan naik dari Rp44,56 triliun pada 2025 menjadi Rp52,66 triliun pada 2026, tumbuh 18,17% yoy. Tim ekonom BSI menyebut bahwa meningkatnya preferensi berbagai masyarakat berpotensi memperkuat fondasi pemerataan ekonomi, terutama bila diintegrasikan dengan pembiayaan syariah formal dan program-program pemberdayaan pemerintah.
Sumber: