BSI Sharia Economic Outlook 2026, Indonesia 2026 Diproyeksikan Tangguh, Berani, dan Menjanjikan
BSI--
Di sisi komoditas, Banjaran menjelaskan bahwa emas tetap menjadi salah satu aset lindung nilai favorit. Data World Gold Council yang diolah tim ekonom BSI menunjukkan, bank sentral dunia kembali agresif menambah cadangan emas, sementara permintaan emas untuk investasi hingga kuartal III 2025 telah melampaui total tahun sebelumnya. Harga emas global pun masih bertahan di sekitar level tertinggi sepanjang masa.
“Permintaan emas yang kuat dari bank sentral dan investor, ditambah pelemahan relatif Dolar AS, membuat prospek bisnis emas tetap menarik pada 2026. Bagi perbankan syariah, ini membuka ruang pengembangan produk emas yang lebih terintegrasi dengan ekosistem keuangan syariah,” kata Chief Economist BSI tersebut.
Di tingkat domestik, tim ekonom BSI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,28% pada 2026, naik dari sekitar 5,04% pada 2025. Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap menjadi kontributor utama PDB, penguatan investasi terutama PMDN, serta belanja fiskal yang masih ekspansif namun lebih prudent.
Inflasi 2026 diperkirakan berada di kisaran 2,94%, tetap di dalam target, dengan risiko utama berasal dari volatile food akibat kondisi iklim. BI Rate diperkirakan dapat turun bertahap ke 4,25% di akhir 2026, seiring pelonggaran global dan inflasi yang terjaga. “Ruang pelonggaran moneter terbuka, tetapi tidak akan agresif. Stabilitas Rupiah dan pengelolaan ekspektasi inflasi tetap menjadi fokus utama otoritas,” tutur Banjaran.
Sementara itu, tim ekonom BSI menilai stabilitas Rupiah akan ditopang oleh tiga faktor: potensi rebound aliran modal asing, pengelolaan devisa melalui cadangan yang berada di kisaran US$150 miliar, serta optimalisasi instrumen SRBI dan pasar obligasi domestik. Yield SBN 10 tahun diproyeksikan rata-rata sekitar 6,49% pada 2026, tetap menarik bagi investor dengan risiko yang terukur.
Menurut Banjaran, 2026 juga akan ditandai oleh perluasan implementasi berbagai program pemerintah, mulai dari ekosistem makan bergizi gratis, penguatan kesehatan dan pendidikan, dukungan UMKM, hingga program pangan dan energi, yang diperkirakan mendorong permintaan domestik dan investasi di banyak sektor terkait, dari pertanian sampai logistik pangan.
BACA JUGA:Musibah Sumatera Terjadi, Gubernur Bengkulu Keluarkan Edaran Soal Hutan
BACA JUGA: DPRD Seluma Minta Satgas TNI–Polri Turun, Cek Pembabatan Hutan Bukit Sanggul
Tim ekonom BSI menambahkan, apa yang mereka sebut sebagai “Efek Purbaya” mencerminkan kombinasi kebijakan yang lebih ekspansif namun tetap berhati-hati (prudent) di sisi fiskal dan keuangan. Penempatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp276 triliun di perbankan, termasuk BSI, diharapkan memperkuat likuiditas, menurunkan cost of fund, dan mendorong pertumbuhan pembiayaan kembali ke kisaran dua digit untuk mendorong kembali kegiatan ekonomi khususnya melalui keterlibatan aktif dan kontributif sektor swasta, sehingga terjadi penciptaan lapangan kerja dan pemulihan kelas menengah.
Sumber: