Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Setiap manusia pasti mengalami kesedihan, kesulitan, dan ujian dalam hidup. Bahkan para sahabat Rasulullah SAW yang merupakan generasi terbaik pun tidak luput dari rasa duka dan gundah. Namun, di antara keindahan akhlak Rasulullah SAW yang paling menonjol adalah kemampuannya dalam membesarkan hati orang lain, terutama ketika mereka sedang bersedih. Beliau bukan hanya seorang pemimpin dan pembawa risalah, tetapi juga sosok yang sangat lembut hatinya, penuh empati, dan memahami perasaan umatnya.
Dalam banyak kisah, Rasulullah SAW memberikan teladan luar biasa bagaimana cara menenangkan hati sahabat yang sedih bukan dengan kata-kata kosong, tetapi dengan kasih sayang, doa, dan nasihat yang menyentuh hati. Sikap beliau menjadi contoh bagi umat Islam dalam menghadapi orang lain yang tengah dirundung duka. Kisah Rasulullah SAW Membesarkan Hati Sahabat yang Sedih Salah satu kisah yang sangat menyentuh adalah ketika Rasulullah SAW menenangkan hati seorang sahabat bernama Abu Umamah Al-Bahili r.a. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam kitab Sunan Abu Dawud (no. 1555): عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: دَخَلَ النَّبِيُّ ﷺ الْمَسْجِدَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَرَآهُ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ أَبُو أُمَامَةَ، فَقَالَ: "يَا أَبَا أُمَامَةَ، مَا لِي أَرَاكَ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ؟" قَالَ: هُمُومٌ لَزِمَتْنِي وَدُيُونٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ إِذَا قُلْتَهُنَّ أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّكَ وَقَضَى دَيْنَكَ؟" قَالَ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "قُلْ إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ." Artinya:Dari Abu Umamah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW masuk ke masjid pada suatu hari, lalu melihatku duduk di sana (pada waktu bukan untuk shalat). Beliau bersabda, “Wahai Abu Umamah, mengapa aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu shalat?”
Aku menjawab, “Aku diliputi oleh kesedihan dan beban hutang, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Maukah engkau aku ajarkan beberapa kalimat yang jika engkau ucapkan, Allah akan menghilangkan kesedihanmu dan melunasi hutangmu?”
Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Ucapkanlah ketika pagi dan sore:
‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan duka, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir, serta dari lilitan hutang dan tekanan manusia.’” (Imam Abu Dawud) Makna dan Pelajaran dari Kisah Ini Kisah ini menggambarkan betapa lembut dan peka hati Rasulullah SAW terhadap kondisi umatnya. Saat beliau melihat Abu Umamah duduk termenung di masjid, beliau tidak membiarkannya begitu saja. Rasulullah SAW langsung mendekati dan bertanya dengan penuh kasih, tanpa menghakimi atau menegur. Pertanyaan beliau menunjukkan empati dan perhatian yang mendalam. 1. Perhatian Rasulullah terhadap Psikologis Umatnya Rasulullah SAW mengajarkan bahwa seorang pemimpin, pendakwah, atau sahabat sejati harus peka terhadap kesedihan orang lain. Beliau tidak hanya fokus pada ibadah lahiriah, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan batin para sahabatnya. 2. Doa Sebagai Terapi Spiritual Doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Abu Umamah bukan sekadar bacaan, tetapi obat hati. Doa ini mengandung permohonan perlindungan dari delapan hal yang melemahkan semangat hidup manusia: kesedihan, duka, kelemahan, kemalasan, pengecut, kikir, hutang, dan tekanan orang lain. Dengan rutin membaca doa ini, seorang mukmin akan ditenangkan jiwanya dan diberi kekuatan untuk menghadapi ujian hidup. 3. Pentingnya Interaksi yang Menyejukkan Hati Rasulullah SAW tidak hanya memberikan solusi spiritual, tapi juga menghadirkan rasa aman dan kedekatan emosional bagi sahabatnya. Sikap lembut dan penuh kasih beliau menjadi contoh bagi umat Islam untuk menyapa dengan empati dan menghibur dengan hikmah. BACA JUGA:Keteladanan Rasulullah SAW dalam Menasihati Abu Hurairah RA: Hikmah, Kasih Sayang, dan Tuntunan Iman yang Abad Dalil Al-Qur’an tentang Menenangkan Hati Orang Sedih Allah SWT berfirman dalam surah Asy-Syarh [94]: 5-6: فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا Artinya:
“Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.” (Asy-Syarh 5-6) Ayat ini memberikan keteguhan dan harapan bagi setiap hati yang sedang dilanda duka. Rasulullah SAW sendiri sering menguatkan para sahabatnya dengan ayat ini ketika mereka menghadapi kesulitan. Bahwa setiap ujian selalu diiringi kemudahan dari Allah, dan kesedihan tidak akan berlangsung selamanya. Begitu pula dalam surah At-Taubah [9]: 40, Allah mengisahkan momen indah ketika Rasulullah SAW menenangkan Abu Bakar r.a. di gua Tsur: إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا Artinya:
“Ketika dia berkata kepada sahabatnya, ‘Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’” (QS At-Taubah 40) Ayat ini menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW membesarkan hati sahabatnya yang sedang ketakutan dan sedih. Beliau mengajarkan bahwa ketenangan sejati datang dari keyakinan akan pertolongan Allah. Kisah Lain: Rasulullah SAW Menenangkan Ummu Salamah Dalam riwayat lain, ketika Ummu Salamah r.a. berduka karena kehilangan suaminya Abu Salamah, Rasulullah SAW mengajarkan doa yang luar biasa: اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا Artinya:
“Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah untukku yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no. 918) Doa ini bukan hanya menenangkan hati, tetapi juga menanamkan harapan bahwa di balik kehilangan ada penggantian yang lebih baik dari Allah. Dan benar, setelah itu Allah menggantikan Abu Salamah dengan Rasulullah SAW sendiri sebagai suaminya. BACA JUGA:Keteguhan Hati Rasulullah SAW dan Para Sahabat di Medan Perang: Cermin Iman, Keberanian, dan Ketulusan Jiwa Is Nilai-Nilai yang Dapat Diteladani
1.Empati dan Kepedulian
Rasulullah SAW tidak membiarkan seorang pun larut dalam kesedihan tanpa perhatian. Beliau hadir sebagai sahabat yang menghibur, bukan sekadar pemimpin yang memberi perintah.
2.Mengajarkan Solusi Ilahiah
Rasulullah SAW selalu mengaitkan solusi dengan Allah SWT. Beliau menunjukkan bahwa ketenangan sejati berasal dari zikir, doa, dan tawakal.
3.Menanamkan Optimisme
Beliau tidak membiarkan kesedihan menguasai hati seseorang terlalu lama. Sebaliknya, beliau menanamkan semangat, optimisme, dan keyakinan bahwa rahmat Allah lebih luas daripada masalah manusia.
Kisah-kisah Rasulullah SAW dalam membesarkan hati sahabatnya menjadi cermin betapa indah dan lembut akhlak beliau . Beliau bukan hanya guru dan pemimpin, tetapi juga sahabat sejati yang memahami perasaan manusia. Dalam setiap kesedihan, Rasulullah SAW selalu hadir dengan kata-kata yang menenangkan, doa yang menguatkan, dan keteladanan yang menyejukkan hati.
Sebagai umat Islam, kita seharusnya meneladani akhlak mulia ini. Saat melihat saudara kita bersedih, jangan diam. Sapalah dengan kasih, hiburlah dengan doa, dan bimbinglah menuju ketenangan iman. Karena sesungguhnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ» Artinya:“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan dari seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan satu kesusahannya di hari kiamat.” (HR. Muslim) Semoga kisah dan teladan Rasulullah SAW ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menebarkan ketenangan, menumbuhkan harapan, dan menjadi sebab kebahagiaan bagi sesama. (djl)