Ujang hidup di Petalangan yang jauh dari keramaian. Ujang juga terpisah dengan teman-teman sepermainannya yang sudah pergi. Kehidupan Ujang sangat tergantung dari alam. Untuk sekedar makan, Ujang mencari makanan di hutan berupa buah-buahan atau umbi-umbian. Kehidupan seperti inilah yang dilalui Ujang hingga hampir satu tahun. Namun Ujang tetap tabah dan selalu beribadah kepada Allah. Ia tetap menjadi pemuda yang baik dan bersahabat dengan lingkungan. Karena kebaikannya Ujang terlindungi dari bahaya termasuk dari serangan Harimau.
Suatu ketika saat bulan Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri, Ujang sangat merindukan kebersamaan dengan saudara-saudaranya yang berpisah dulu. Ia ingin sahur, takbiran, dan lebaran bersama lagi. Terlebih Ujang sangat merindukan ayahnya. Ia berusaha lebaran tahun ini juga akan mencari saudara-saudaranya dan ingin bertemu lagi.
Kerinduan Ujang juga dengan wanita pujaannya Idut. Ujang tidak pernah mendapatkan kabar tentang Idut karena tidak ada sarana transportasi dan komunikasi. Ingin rasanya Ujang menanyakan kabar, tapi melalui siapa pesan tersebut disampaikan. Ingin rasanya Ujang berpantun mengungkapkan rasa simpati, tapi berteriak pun pesannya tidak akan sampai. Bertambahlah rasa rindu Ujang dan ingin segera menyusul.
Ujang merencanakan untuk menyusul ayah, Idut dan saudara-saudaranya. Walau tidak tahu di mana mereka berada, Ujang tetap nekat ingin bertemu. Perjalanan yang akan ditempuh pun sulit ditebak karena memang tanpa arah. Selain itu juga Ujang tidak mempunyai perbekalan makanan untuk melakukan perjalanan yang belum tahu berapa lama perjalanan mencari saudara-saudaranya.
Suatu ketika berembuklah Ujang dengan kerabatnya untuk pergi mencari saudara-saudaranya yang berpisah dulu. Saat pagi Ramadhan yang ke-28, Ujang dan sembilan kerabatnya melakukan perjalanan ke arah Selatan. Dalam perjalanan, ia terus menelusuri gunung, lembah, dan hutan belantara tanpa kenal menyerah. Perjalanan terus ditempuh walau perut terasa sangat lapar. Saat Magrib, Ujang hanya berbuka dengan minum air sungai yang ditemui di perjalanan.
Selama perjalanan Ujang dan kerabatnya diikuti oleh Harimau yang berfungsi melindungi Ujang agar selamat sampai tujuan. Suatu hari saat Ujang dihadang ular dan serigala, Harimaulah yang mengusirnya. Bahkan ketika Ujang tersesat ke daerah yang berbahaya Harimau juga yang menunjukkan jalan yang menuju ke arah pemukiman penduduk. Harimau di daerah hutan Padang Capo tahu betul akan kebaikan Ujang selama ini. Harimau merasa berhutang budi selama ini dengan Ujang, sehingga Harimau mau membelas budi baik tersebut.
Tidak terasa, sudah tiga hari perjalanan ditempuh oleh Ujang dan kerabatnya untuk mencari saudara-saudara sepetalangan dengannya dulu. Tepat tengah hari, Ujang istirahat dibawah pohon karena sangat lelah. Menurut perhitungan dan tanda-tanda bulan yang ia pahami selama ini bahwa hari itu sudah masuk bulan Syawal, artinya orang sudah lebaran. Sehingga tidak boleh lagi berpuasa. Lalu, Ujang mencari air di sungai terdekat untuk berbuka. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi.
Saat menjelang magrib tanggal 1 Syawal, Ujang melihat perkampungan dari jauh, ia pun langsung gembira dan mempercepat langkah agar segera tiba. Setibanya di kampung tersebut, Ujang langsung menuju masjid dan melaksanakan sholat Magrib. Ternyata kampung tersebut dihuni sebagian besar saudara-saudara sepetalangan dengan Ujang dulu. Sekarang kampung tersebut adalah Desa Sukamaju Kecamatan Sukaraja Seluma. Ujang merasa sangat bahagia bertemu dengan saudara-saudaranya. Orang-orang langsung tahu kedatangan Ujang. Karena dulu Ujang orangnya baik dan disenangi banyak, ia langsung disambut seperti seorang raja.