Garam secukupnya
Kayu manis secukupnya
Kue sapik, dengan citarasa yang sangat nikmat dibandingkan dengan resep kue lainnya, menjadi favorit di kalangan semua usia. Pada hari raya Idul Fitri, kue sapik banyak dihidangkan untuk menyambut kedatangan tamu di rumah-rumah Minangkabau.
Meskipun kue sapik mirip dengan kue semprong, perbedaannya terletak pada proses pembentukannya. Kue sapik tidak digulung; setelah diangkat dari cetakan, kue sapik langsung dilipat membentuk segitiga lalu dijepit. Jelang Hari Raya Idul Fitri, ibu-ibu di Sumatera Barat sudah sibuk membuat kue sapik untuk dihidangkan saat Lebaran, atau dikirim ke sanak keluarga di perantauan yang tidak bisa pulang ke kampung halaman.
Kue sapik, sebagai kue kering yang terbuat dari tepung beras, gula pasir, santan, telur, dan bubuk kayu manis, memiliki tutorial pembuatan yang sederhana. Adonan yang sudah tercampur rata dan berubah menjadi warna kuning keemasan, kemudian dicetak dalam cetakan khusus lalu dipanggang. Setelah matang, saat masih panas, kue sapik harus langsung dilipat dan dijepit sehingga dinamakan kue sapik atau jepit. Jajanan ini sering dijadikan sebagai penganan khas Lebaran, namun juga dapat dijadikan oleh-oleh khas Ranah Minang.
Kue sapik merupakan salah satu kue legendaris yang masih bisa dinikmati hingga saat ini. Kue ini sering menghiasi rumah keluarga Minangkabau saat Lebaran dan pesta pernikahan. Dengan citarasa yang nikmat dan renyah, Kue Sapik sangat cocok dinikmati saat Lebaran, terutama bila disajikan dengan teh atau kopi.
Dengan bentuk segitiga pipihnya, kue sapik sering disebut sebagai kue semprong lipat khas Padang. Kue ini tidak hanya memikat selera dengan cita rasanya yang khas, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi dan kehangatan dalam menyambut momen-momen istimewa.