Di Indonesia sendiri, melalui Kementerian Kesehatan yang bekerja sama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan dukungan Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, melakukan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 dengan mengumpulkan data di 33 provinsi dan 486 kabupaten/kota dengan jumlah sensus sebanyak 334.848 bayi dan balita. Dan berdasarkan hasil SSGI yang dijelaskan pada Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rabu (25/1) di mana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.
Stunting bukanlah masalah yang dapat diatasi dalam semalam, tetapi dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi kesehatan, langkah-langkah konkret dapat diambil untuk memerangi stunting. Hanya dengan memberikan perhatian serius pada stunting, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.