Menutup Tahun dengan Syukur: Merenungi Nikmat Allah dan Menyambut Tahun Baru dengan Hati Penuh Rasa Terima Kas
Radarseluma.diswsy.id - Menutup Tahun dengan Syukur: Merenungi Nikmat Allah dan Menyambut Tahun Baru dengan Hati Penuh Rasa Terima Kasih--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Waktu terus bergulir tanpa terasa, hari-hari dalam kalender Hijriyah kini telah mencapai penghujungnya. Di saat seperti ini, penting bagi setiap muslim untuk berhenti sejenak, merenung, dan mengevaluasi perjalanan hidupnya selama setahun terakhir. Salah satu sikap paling mulia yang patut dihadirkan adalah syukur rasa terima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan, baik yang kita sadari maupun yang tersembunyi. Menutup tahun dengan syukur bukan sekadar formalitas spiritual, melainkan bentuk pengakuan yang tulus atas kasih sayang Allah SWT yang senantiasa menyelimuti kita dalam setiap detik kehidupan.
Syukur dalam Perspektif Al-Qur’an
Syukur adalah fondasi penting dalam keimanan seorang muslim. Allah SWT berulang kali memerintahkan hamba-Nya untuk bersyukur. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menegaskan bahwa syukur tidak hanya akan mendatangkan keberkahan, tetapi juga menjadi sebab ditambahkannya nikmat oleh Allah. Sebaliknya, kufur nikmat akan membawa kepada azab dan penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Makna Syukur dan Bentuk Implementasinya
Syukur bukan hanya ucapan “Alhamdulillah” yang terucap di lisan. Syukur adalah sikap batin yang disertai pengakuan dalam hati, ucapan di lisan, dan perbuatan yang mencerminkan penerimaan dan pemanfaatan nikmat sesuai kehendak Allah.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa syukur terdiri dari tiga elemen:
1. Ilmu, yakni menyadari dan mengenal nikmat yang diberikan.
2 Hal, yaitu adanya rasa bahagia karena menerima karunia Allah.
3. Amal, yaitu menggunakan nikmat itu dalam ketaatan kepada Allah.
Misalnya, jika kita diberi kesehatan sepanjang tahun, maka bentuk syukurnya adalah dengan menjaga tubuh dari hal-hal haram dan menggunakan kekuatan itu untuk ibadah dan amal kebaikan.
Contoh Syukur Para Nabi
Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam bersyukur. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dikisahkan bahwa beliau shalat malam sampai kakinya bengkak. Ketika ditanya oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, mengapa beliau bersusah payah padahal telah dijamin ampunannya, Rasul menjawab:
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا؟
Artinya: "Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?" (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu pula Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, ketika menerima karunia luar biasa dari Allah, beliau tidak lupa bersyukur:
قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُۖ
Artinya: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau kufur.” (QS. An-Naml: 40)
Syukur atas Nikmat Dunia dan Akhirat
Nikmat Allah tak terhitung jumlahnya. Sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an:
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَاۗ
Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34)
Selama satu tahun terakhir, kita telah diberi berbagai macam nikmat: kesehatan, rezeki, waktu, keluarga, perlindungan dari marabahaya, dan yang paling utama adalah nikmat iman dan Islam. Bahkan dalam musibah sekalipun, terselip nikmat berupa pelajaran dan penghapus dosa.
BACA JUGA:Menutup Tahun Hijriyah: Momentum Muhasabah Diri dan Pembaruan Niat
Syukur sebagai Bekal Menyambut Tahun Baru
Menutup tahun dengan rasa syukur akan memberikan kesiapan mental dan spiritual untuk menghadapi tahun baru dengan lebih baik. Syukur akan membangkitkan semangat untuk memperbaiki amal, mengembangkan potensi, serta menapaki masa depan dengan penuh harapan.
Ketika kita bersyukur, Allah menjanjikan tambahan nikmat, baik dari segi materi, ketenangan batin, maupun kemudahan dalam ibadah. Oleh karena itu, menyambut tahun baru Hijriyah sebaiknya dimulai dengan memperbanyak dzikir, istighfar, dan sujud syukur sebagai simbol kepasrahan dan pengakuan atas kasih sayang-Nya.
Syukur sebagai Kunci Kebahagiaan Hidup
Syukur adalah pintu kebahagiaan yang sesungguhnya. Orang yang bersyukur akan selalu merasa cukup, tenang, dan mampu melihat sisi positif dari setiap kejadian. Menutup tahun dengan syukur bukan hanya tentang menghitung nikmat, tapi juga menjadikan setiap pengalaman sebagai pelajaran berharga.
Marilah kita akhiri tahun ini dengan menundukkan hati, meneteskan air mata syukur, dan mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah semata-mata karena karunia Allah SWT. Semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur, agar nikmat-Nya terus mengalir kepada kita di tahun yang akan datang.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَسَيَجْزِي ٱللَّهُ ٱلشَّاكِرِينَ
Artinya: “Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran: 144) (djl)
Sumber: